Biro Statistik Islandia juga menurunkan prospek pertumbuhan ekonominya 0,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Mei 2019. Padahal, pada Februari 2019, Islandia memproyeksi pertumbuhan ekonominya bisa menyentuh 1,7 persen.
Prospek yang menurun dikarenakan industri pariwisatanya melorot, sebagai imbas dari runtuhnya WOW Air, maskapai penerbangan Islandia.
Belum lagi, industri perikanannya yang 'kering'. Diketahui, Islandia tidak menghasilkan tangkapan ikan sama sekali pada tahun ini. Padahal, perikanan penting bagi ekonomi Islandia.
Di sisi lain, inflasi Islandia terus merangkak mencapai 3,1 persen pada kuartal pertama tahun ini. "Sehingga, mengurangi daya beli masyarakat," jelas Ekonom Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Islandia Konrad Gudjonsson, seperti dilansir AFP, Minggu (21/7).
Hikmahnya, ia melanjutkan bayang-bayang resesi dapat membantu penurunan harga properti yang meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyebut rata-rata harga sewa untuk apartemen satu kamar di pusat kota Reykjavik senilai 1.300 euro per bulan.
Eurostat melansir indeks harga konsumen rata-rata di Islandia berkisar 56 persen. Jauh lebih tinggi dibanding Swiss (52 persen), Norwegia (48 persen), termasuk Denmark (38 persen).
Quint Johnson, warga AS yang melakukan perjalanan ke Islandia, mengaku melakukan 'penelitian' sebelum berlibur bersama keluarganya. Ia mengaku sedikit terkejut setelah mengetahui harga-harga makanan lebih mahal dibanding di negara asalnya.
Sekadar gambaran, keju polos di restoran Islandia dibanderol sekitar 2.400 kronor atau 17 euro (US$19). Sementara, segelas minuman anggur dipatok 10 euro, satu botol bir dihargai 7 euro. "Itu lompatan harga yang besar," imbuh dia.
Situs perbandingan harga konsumen Numbeo melansir makan malam untuk dua orang di restoran Islandia rata-rata menghabiskan 85 euro.
Menurut Gudjonsson, Islandia merupakan negara kecil. Karenanya, sangat sulit untuk mendapatkan skala ekonomi yang sama dari perusahaan di negara-negara yang lebih besar.
[Gambas:Video CNN]
Populasi Islandia cuma sebanyak 335 ribu orang. Artinya, ketergantungan terhadap barang-barang impor sangat tinggi dengan pajak 'selangit' untuk produk minuman beralkohol.
Kendati harga-harga barang dan jasa mahal, Islandia juga dikenal memberikan upah yang besar bagi para pekerja. Pada 2018 lalu, upah bulanan rata-rata untuk seorang yang bekerja penuh waktu sebesar 632.000 kronor atau sekitar 4.450 euro (sebelum pajak).
"Kami harus memperhitungkan tingkat upah di Islandia. Kami memiliki rata-rata upah tertinggi di Eropa," tandas Ketua Asosiasi Konsumen Islandia Breki Karlsson. (AFP/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2M2nLHt
via IFTTT
No comments:
Post a Comment