FishOn merupakan aplikasi karya anak bangsa yang dapat membantu nelayan untuk mengetahui posisi ikan di laut dan melelangnya secara daring (online). Deteksi posisi ikan bisa dilakukan dengan memasukkan sejumlah data seperti migrasi phytoplankton, arah ombak, serta citra satelit.
Dalam hal ini, pengelola FishOn mengaku mendukung Program Satu Juta Nelayan Berdaulat yang diusung pemerintah, khususnya Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Kabupaten Sukabumi menjadi proyek percontohan (pilot project) atas program tersebut.
Belum lama ini, pemerintah telah meresmikan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) online pertama di Sukabumi sebagai tahap awal terwujudnya Program Satu Juta Nelayan Berdaulat.
CEO FishOn Fajar Widi Sasono mengungkapkan pihaknya telah mendatangi sejumlah nelayan yang belum memakai aplikasi FishOn untuk melakukan pendampingan dalam penggunaan aplikasi tersebut. Salah satu fakta yang ditemukan adalah nelayan merasa khawatir ponselnya akan terjatuh ke dalam air ketika sedang melaut."Ada yang sudah install tapi tidak dipakai, dari dashboard kami tahu. Kemarin kami minta datang ke rumahnya, katanya sayang kalau ponselnya tercebur. Memang pasti ada hal-hal seperti ini, tidak apa-apa kami harus sabar," kata Fajar kepada CNNIndonesia.com, Rabu malam (31/7).
Fajar mengakui aplikasi FishOn masih terbilang 'ribet' saat proses registrasi. Pasalnya, nelayan diwajibkan untuk memasukkan foto Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan bukti identitas lainnya.
"Karena memang untuk kebutuhan pembuatan rekening bank (fishPay) diwajibkan foto KTP dan segala macam. Tapi mereka dibantu petugas kami yang di gerai," ujar Fajar.
Setelah melewati tahap registrasi, nelayan langsung bisa mengoperasikan aplikasi itu untuk mencari ikan di laut dan melelang hasil tangkapannya. Fajar mengklaim pengoperasian aplikasi ini tak sesulit saat registrasi."Kalau pengoperasiannya sih mudah," imbuh dia.
Sejauh ini, sambung Fajar, lebih dari 200 nelayan di Desa Ciwaru sudah mengunduh FishOn. Namun, jika digabungkan dengan nelayan di tempat lain jumlahnya sebanyak 415 orang.
"Ada dari lampung sekitar 50-an nelayan, sisanya di Sukabumi. Di Lampung tapi belum dirilis ya, rencana rilis pada Agustus," terang Fajar.
Ia berharap jumlah nelayan yang memanfaatkan FishOn bertambah setiap harinya. Pasalnya, hal ini akan membantu nelayan mengantongi pendapatan lebih tinggi dari sebelumnya.
Maklum, kata Fajar, nelayan sebelumnya terbiasa melelang ikan secara konvensional kepada pedagang ikan setempat atau tengkulak. Harga yang dipasang oleh tengkulak biasanya rendah, sehingga keuntungan nelayan dari melaut tak seberapa."Jadi dengan TPI online, kami tidak membiarkan mekanisme terjadi begitu saja. Kami intervensi dengan menjadi pembeli siaga (standby buyer). Tujuannya agar harga tidak terlalu jatuh," jelasnya.
Sebagai contoh, setiap pagi manajemen FishOn akan memasukkan harga untuk sejumlah ikan hasil tangkapan nelayan. Untuk ikan tongkol misalnya, FishOn memasang harga di angka Rp7 ribu, sehingga bila pedagang lokal atau tengkulak ingin mendapatkan ikan itu harus membelinya di atas Rp7 ribu.
"Artinya pedagang lokal kalau mau menang lelang harus membeli atau memasang angka lebih dari yang kami sodorkan," tutur Fajar.
Ia menargetkan pendapatan bersih nelayan yang ikut dalam program ini bisa terkerek menjadi Rp4 juta per bulannya dalam satu tahun pertama. Kemudian, tahun kedua naik menjadi Rp8 juta per bulan.
[Gambas:Video CNN] (aud/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2yryZNx
via IFTTT
No comments:
Post a Comment