Pages

Monday, September 30, 2019

Operasi Sriwijaya Air Disetop Jika Masalah Internal Tak Beres

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan menghentikan operasional terbang PT Sriwijaya Air bila perusahaan tidak bisa menyelesaikan masalah internal sampai batas waktu yang telah ditentukan, yaitu 2 Oktober 2019.

Masalah yang dimaksud ialah berupa ketidaklaikan operasi penerbangan dari sejumlah pesawat Sriwijaya Air.

Diketahui, saat ini hanya ada 12 pesawat dari total 30 pesawat perusahaan yang laik terbang. Ini terjadi karena ada kekurangan suku cadang (spare part) dan lainnya.

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Avirianto menjelaskan sikap pemerintah sejatinya sesuai dengan hasil rapat antara Kemenhub dengan para pemegang saham dan komisaris Sriwijaya Air pada 26 September lalu. Dalam tersebut, keduanya sepakat memberi kesempatan bagi perusahaan untuk menyelesaikan masalah dalam kurun waktu lima hari.


"Kami beri lima hari, mudah-mudahan ada jalan keluar. Kalau tidak, kami akan setop, per tanggal 2 Oktober 2019 pukul 00.00 WIB akan kami setop," ujar Avirianto kepada CNNIndonesia.com, Senin (30/9).

Lebih lanjut, menurutnya, Kemenhub sejatinya terus memeriksa kelaikan operasi terbang maskapai secara berkala setiap harinya. Sejauh ini, sambungnya, memang ditemukan ketidaksiapan operasi untuk 18 pesawat.

Maka itu, Kemenhub sudah memberi status larangan terbang bagi 18 pesawat tersebut. "Sampai saat ini, kami terus periksa, jumlahnya sudah menurun. Tapi kami periksa terus," imbuhnya.

Tak hanya persoalan kelaikan operasi terbang, perusahaan rupanya juga memiliki masalah di tingkat direksi. Dua direktur Sriwijaya Air, yaitu Direktur Operasi Fadjar Semiarto dan Direktur Teknik Ramdani Ardali Adang baru saja mengundurkan diri dari jabatannya.


Keduanya mundur karena surat permohonan untuk menghentikan operasional sementara Sriwijaya Air Group tak direspons dewan direksi, termasuk Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson I Jauwena.

"Sebenarnya pengunduran diri ini sepihak, jadi belum kami terima, belum dikonfirmasi, belum ada keputusan. Kalau belum ada surat ke Kemenhub, direksi yang aktif seharusnya masih yang lama," terangnya.

Untuk itu, Kemenhub memberi waktu kepada manajemen Sriwijaya Air untuk segera menyelesaikan masalah internalnya itu. "Soalnya kalau dari peringatan, dari sisi keuangan (perusahaan) itu sudah ada, sampai ada dua peringatan (dengan kelaikan operasi terbang)," tuturnya.

Sebelumnya, Direktur Kualitas, Keselamatan, dan Keamanan Sriwijaya Air Toto Soebandoro mengungkapkan bahwa pemerintah telah menindak Sriwijaya Air untuk menghentikan operasi penerbangannya karena sejumlah alasan tersebut. Pernyataan Toto itu sudah diteruskan ke Jefferson I Jauwena.
[Gambas:Video CNN]
Dari laporan tersebut diketahui bahwa ketersediaan perlengkapan, minimum spare dan jumlah qualified engineer yang ada ternyata tak sesuai dengan laporan yang tertulis dalam kesepakatan yang dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dan Menteri Perhubungan.

Termasuk bukti bahwa Sriwijaya Air belum berhasil melakukan kerja sama dengan JAS Engineering atau Maintenance Repair and Overhaul (MRO) lain terkait dukungan Line Maintenance. Hal itu berarti Risk Index masih berada dalam zona merah 4A (tidak dapat diterima dalam situasi yang ada), yang dapat dianggap bahwa Sriwijaya Air kurang serius terhadap kesempatan yang telah diberikan pemerintah untuk melakukan perbaikan. (uli/lav)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2mrpfAx
via IFTTT

No comments:

Post a Comment