Keputusan ini juga mempertimbangkan hasil rapat paripurna Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang telah merekomendasikan 15 nama calon untuk dipilih oleh DPR RI. Kebijakan DPR tercatat molor dari jadwal. Berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (4) UU BPK, DPR harus menyelesaikan pemilihan anggota BPK yang baru paling lama satu bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Anggota BPK yang lama. Jika dihitung mundur sejak peresmian pengangkatan lima Anggota BPK periode 2014-2019, maka 16 September adalah batas akhir waktu penetapan.
Dalam hasil pemungutan suara di Komisi XI DPR RI, Pius Lustrilanang mendapat suara terbanyak untuk menjadi anggota BPK, yakni mencapai 43 suara. Di urutan selanjutnya ialah Daniel Lumban Tobing dengan 41 suara, dan Hendra Susanto dengan 41 suara. Sisanya, Ahsanul Qosasi memperoleh 31 suara, dan Harry Azhar Aziz 29 suara.
Menariknya, dari kelima calon anggota BPK yang dipilih sebagian besar merupakan politikus yang pernah dan sedang menjadi anggota DPR RI, bahkan berasal dari Komisi XI sendiri. Beberapa nama terpilih juga merupakan anggota dan mantan anggota BPK.
Berikut profil kelima calon anggota BPK terpilih:Pius Lustrilanang
Pius merupakan politikus Fraksi Partai Gerindra dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur (NTT), yang juga anggota DPR periode 2009-2014.
Pius mengambil pendidikan Hubungan Internasional di Universitas Parahyangan Bandung. Kemudian melanjutkan sekolah ke Ilmu Kepolisian, Universitas Indonesia.
Pius diketahui menjabat sebagai Direktur PT Brigas Security pada 2000-2005. Jauh sebelum itu, Pius menjadi staf di Yayasan Akar Rumput pada 1996-1997, dan menjadi staf di Institut Study Arus Informasi pada 1997 - 2000
Pria kelahiran Surabaya pada 1967 silam ini dipilih sebagai anggota DPR sejak 2009 mewakili Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Daniel ditempatkan di Komisi IV dan Komisi VI untuk periode 2009-2014. Ia kemudian terpilih kembali menjadi anggota DPR RI hingga periode saat ini, dan ditugaskan di Komisi IX periode 2014-2019.
Tidak hanya itu, Daniel juga menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) PDIP Jawa Barat.
Semula, Daniel mengawali karirnya sebagai profesional di bidang elektronika. Ia juga pernah menjabat sebagai General Manager di PT Indonesia Epson Industry pada 1997 sampai 2009 lalu.
Danile juga pernah mengelola Kawasan Pabrik di Bekasi, dan menjadi anggota Kamar Dagang Indonesia periode 2010-2015.
[Gambas:Video CNN]
Hendra Susanto
Hendra Susanto bukan orang baru di BPK. Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Auditorat IB Direktur Auditorat Keuangan Negara I.
Menurut laman resmi BPK, Sebelumnya Hendra juga sempat mendaftarkan diri sebagai anggota BPK pada 2017, tetapi gagal. Pemilihan tersebut meloloskan Agung Firman Sampurna yang menjadi anggota BPK I sekaligus atasannya saat ini.
Ahsanul Qosasi
Achsanul aktif juga bukan orang baru di lembaga audit tersebut. Sejak 2017 hingga saat ini, ia menjabat sebagai anggota III BPK RI. Sebelumnya, Achsanul juga menjabat sebagai anggota IV BPK RI dari tahun 2014 hingga 2017.
Di lembaga wakil rakyat, Achsanul pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi XI DPR RI pada 2009-2012. Dalam posisi tersebut ia pernah memegang tanggung jawab sebagai anggota Panitia Khusus Hak Angket Bank Century dan anggota tim pengawas Bank Century.
Pria kelahiran Sumenep pada 1966 itu mengawali karir politiknya sebagai kader Partai Demokrat. Dalam perkembangannya, Achsanul menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kabupaten Sumenep, sekretaris Fraksi Partai Demokrat, hingga menjadi Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat MPR-RI.
Sebelum memasuki dunia politik, Achsanul pernah menjabat sebagai Komisaris Link-Net (Lippo Group), Komisaris Bank Perkreditan Rakyat Luwuk, dan Direktur Utama PT Saputra Inheritance.Tak hanya di bidang keuangan, ia juga sempat mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI. Achsanul juga pernah menjadi Bendahara PSSI pada 2007-2010, Manager Persepam Madura United, Ketua Umum Persija Selatan pada 2000.
Sejak muda, Achsanul mengambil gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Pancasila. Setelahnya, ia melanjutkan Pendidikan master di Jose Rizal University, Manila, Filipina.
Harry Azhar Aziz
Harry mungkin tak asing dengan lembaga audit keuangan negara tersebut, karena pernah menjabat sebagai Ketua BPK periode 2014-2019.
Harry mengawali karir politiknya dengan menjadi kader Partai Golkar, dan menjabat sebagai Staf Ahli Fraksi Partai Golkar MPR RI pada 2001-2004. Kemudian, dia menjadi anggota Tim Ahli Bidang Ekonomi PAH II BP MPR RI serta Anggota Konstitusi MPR RI pada 2003-2004. Sampai akhirnya menjadi Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar pada 2004-2009.
Pria kelahiran Kepulauan Riau 1956 itu juga pernah menjadi Wakil Ketua Komisi XI DPR RI sejak 2009 hingga 2014 mewakili partai Golkar. Komisi XI membidangi urusan keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan, lembaga keuangan bukan bank, termasuk memilih anggota BPK.
Sejak muda, ia memperoleh pendidikan sarjana dari APP & STMI Jakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan di University of Oregon, Amerika Serikat pada 1987, hingga akhirnya Harry mengambil gelar doktor di Oklahoma State University, Amerika Serikat pada 2000.Pria berusia 63 tahun itu juga pernah menjadi dosen di beberapa Universitas, yakni Universitas Tarumanegara, Universitas UPN Veteran, dan Universitas Indonesia sebelum akhirnya memasuki dunia politik.
Selain menjadi dosen, Harry juga pernah memiliki banyak jabatan di sejumlah perusahaan, yakni Wakil Direktur CV Indonesia Express, Peneliti Senior PAN Asia Research, Konsultan PT Pertamina, Direktur dan pemilik Sheng Yue Limited, serta Presiden Direktur IEGOV. (lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2ngheOT
via IFTTT
No comments:
Post a Comment