Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menguat 0,01 persen, dolar Singapura menguat 0,01 persen, dolar Hong Kong menguat 0,03 persen, won Korea Selatan menguat 0,06 persen, dan peso Filipina menguat 0,08 persen.
Di kawasan Asia, hanya yen Jepang saja yang melemah terhadap dolar AS dengan nilai 0,07 persen.
Sementara itu, mata uang negara maju seperti dolar Australia melemah 0,01 persen dan euro melemah 0,03 persen terhadap dolar AS. Namun, poundsterling Inggris terbilang menguat 0,01 persen terhadap dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah masih diwarnai sentimen negosiasi perang dagang antara AS dan China. Kedua negara telah mengadakan pertemuan interim pada akhir pekan lalu di Washington DC dan berencana mengadakan pertemuan lanjutan pada bulan depan."Kini, pelaku pasar mulai mempertanyakan potensi dicapainya kesepakatan dagang dalam waktu dekat," katanya, Selasa (24/9).
Setelah itu, rupiah terdorong akibat data pekerja sektor jasa AS yang melemah. Dikutip dari Reuters, indeks ketenagakerjaan sektor jasa dari IHS Markit pada September terbilang 49,1 atau menurun dari bulan sebelumnya yakni 50,4. Angka ini merupakan yang terendah dalam sembilan tahun terakhir.
Meski demikian, pada hari ini ada kemungkinan rupiah melemah lagi. "Rupiah kemungkinan masih akan melemah dipicu data eksternal yang masih belum kondusif dengan range Rp14.040 hingga Rp14.105 per dolar AS," jelas dia.
[Gambas:Video CNN]
(glh/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2md7vZm
via IFTTT
No comments:
Post a Comment