Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea terpantau melemah0,45 persen, lira Turki 0,27 persen, dolar Singapura melemah 0,03 persen, dan ringgit Malaysia melemah tipis 0,01 persen.
Di sisi lain, mata uang negara di kawasan Asia yang terpantau menguat hanya yen Jepang sebesar 0,05 persen, dan baht Thailand sebesar 0,09 persen. Dolar Hongkong dan peso Filipina terpantau stagnan dan tak bergerak terhadap dolar AS.
Sementara di negara maju, mayoritas nilai tukar melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris dan euro masing- masing melemah tipis sebesar 0,01 persen, dan 0,02 persen, dolar Canada juga melemah 0,02 persen. Penguatan hanya terjadi pada dolar Australia sebesar 0,09 persen terhadap dolar AS. Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai pelemahan rupiah disebabkan sentimen pemangkasan suku bunga The Fed yang menjadi acuan pasar hari ini.
Ariston menyebut para pelaku pasar masih menantikan keputusan The Fed, dengan kemungkinan mungkin adanya konsolidasi di pasar.
"Kalau prospeknya ada pemangkasan, berupa basis poin, cuma sekarang berkembang ekspektasi The Fed setelah ini, mungkin tidak akan melakukan pemangkasan lagi," Kata Ariston saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (30/10).
[Gambas:Video CNN]
Dengan demikian, hal tersebut dinilai Ariston dapat mendorong penguatan dolar AS, dan pelemahan nilai rupiah ke depannya.
Lebih lanjut, Ariston berpendapat rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp14.020 hingga 14.070 hari ini. (ara/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2NsSyvY
via IFTTT
No comments:
Post a Comment