Sekitar 95 persen dari 111 ekonom yang mengikuti jajak pendapat optimis suku bunga acuan turun 25 basis poin atau 0,25 persen. Bahkan kebijakan penurunan suku bunga acuan diperkirakan terjadi dua kali, yakni pada akhir tahun.
Hanya dua ekonom yang memperkirakan penurunan bunga acuan bakal mencapai 50 basis poin atau 0,50 persen pada pekan depan. Sedang, dua ekonom lainnya meyakini Fed Rate akan tetap stabil.
The Fed akan menggelar rapat pekan depan. Sebelumnya, sejumlah anggota The Fed mengisyaratkan pelonggaran kebijakan moneter di tengah meningkatnya risiko dari perang dagang antara AS dengan China.
"Alasan terbesar bagi The Fed untuk memangkas suku bunga adalah karena pasar telah memberi harga. Jika mereka tidak menindaklanjuti, itu akan membuat kejutan. Saya pikir pesan dari The Fed adalah pemangkasan lebih karena risiko pelemahan ekonomi," imbuh Andrew Hunter, Senior US Economist di Capital Economics, dilansir Reuters, Kamis (25/7).Bulan lalu, The Fed masih bersikeras di jalur pengetatan moneter dan diperkirakan masih mempertahankan kebijakannya untuk saat ini. Namun, kekhawatiran tentang dampak perang dagang semakin meningkat. Ditambah lagi, dengan tekanan inflasi yang membuat para pemangku kebijakan semakin ketar-ketir.
"Alasan kami untuk melonggarkan kebijakan adalah memperlambat tekanan terhadap ekonomi dan inflasi, serta meningkatnya ketidakpastian," jelas salah satu ekonom di Goldman Sachs.
Jajak pendapat memperkirakan ekonomi AS tumbuh 1,8 persen pada kuartal kedua tahun ini. Angka itu turun drastis dibandingkan kuartal sebelumnya yang menyentuh 3,1 persen. Parahnya, para ekonom meyakini pertumbuhan ekonomi AS akan berkutat di angka itu-itu saja di setiap kuartalnya hingga akhir tahun 2020.Karenanya, Ekonom Senior di RBC Josh Nye menuturkan pemangkasan bunga acuan The Fed bukan untuk pelonggaran moneter, tetapi lebih kepada mengimbangi hambatan perdagangan dan tekanan terhadap perekonomian.
[Gambas:Video CNN]
(Reuters/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2M6JCNY
via IFTTT
No comments:
Post a Comment