Pages

Friday, August 16, 2019

Kalangan Bankir Yakin Resesi Global Masih Jauh dari Nyata

Jakarta, CNN Indonesia -- Kalangan bankir menilai resesi ekonomi global masih jauh dari nyata. Dengan demikian, masyarakat diimbau tak perlu menanggapi isu tersebut secara berlebihan.

"Resesi global ya, sebenarnya jangan berlebihan. Hal yang penting kami dalam kondisi seperti ini menjaga likuiditas dan kestabilan," ujar Direktur Utama PT Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja, Kamis (16/8).

Resesi ekonomi didefinisikan sebagai kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada dua kuartal berturut-turut.

Sinyal tersebut mulai tampak dari kontraksi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi beberapa negara pada kuartal II 2019. Jerman misalnya, negara berperingkat ekonomi terbesar keempat di dunia itu mengalami kontraksi pada kuartal II 2019.


Lalu, pertumbuhan ekonomi Inggris tercatat menyusut untuk pertama kalinya sejak 2012. Masih di Eropa, pertumbuhan ekonomi Italia melandai pada kuartal II 2019. Sementara itu, data pemerintah Brasil juga menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Samba tergelincir ke dalam resesi pada kuartal kedua.

Menanggapi kondisi itu, Jahja bilang kontraksi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah imbas kondisi global yang tidak mendukung, Namun masih jauh dari sinyal resesi.

"Ibaratnya lapangan bola, setelah hujan, becek. Biarpun jagoan sepak bola Ronaldo, kalau sudah becek dia tidak akan berani lari seperti normal. Begitu dia tergelincir jatuh, habis kariernya. Jadi dalam keadaan begini dalam tanda petik kita harus mantap step by step bergeraknya, tidak boleh terlalu keburu nafsu," tuturnya.

Ia meyakini jika kondisi global membaik, maka pertumbuhan ekonomi akan kembali kondusif.


"Jadi tidak mungkin suatu negara bisa hebat sendirian di tengah keberadaan situasi global yang kurang bagus," katanya.

Senada, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Herry Sidharta mengatakan potensi resesi ekonomi global termonitor masih jauh. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi dunia hanya mengalami perlambatan, tapi belum mengarah ke pertumbuhan negatif.

"Jika mengacu kepada kondisi ini, maka probabilitas resesi dunia masih berkisar 10 persen-20 persen," tuturnya kepada CNNIndonesia.com.

Sebelum resesi global terjadi,lanjutnya, kemungkinan akan didahului dengan resesi ekonomi AS, sebagaimana diramalkan banyak lembaga keuangan internasional.

[Gambas:Video CNN]

Akan tetapi, ia meyakini resesi dunia maupun tiap negara tidak akan terjadi dalam jangka pendek lantaran lembaga-lembaga keuangan internasional pasti akan melakukan upaya-upaya menjaga pertumbuhan ekonomi tetap positif.

Menurut dia, salah satu solusi jitu mencegah resesi global yakni rekomendasi Dana Moneter Internasional (IMF) yang meminta negara-negara di dunia untuk bekerja sama dan melakukan upaya-upaya pre-emptive (antisipatif).

"Tetapi kami tetap waspadai perkembangan sambil menyiapkan rencana-rencana antisipasi lain," ujarnya. (ulf/lav)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2MmvTDv
via IFTTT

No comments:

Post a Comment