Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) menguat 55 sen atau 1 persen ke level US$58,64 per barel. Sementara, kenaikan harga minyak mentah berjangka Brent lebih tipis 0,8 persen atau 49 sen menjadi US$64,77 per barel.
"Pasar terlihat ragu untuk bergerak terlalu tinggi saat ini sampai mendapatkan fakta (terkait serangan di fasilitas minyak Arab Saudi). Tapi saya pikir berita kenaikan harga lebih penting dibandingkan berita pelemahan (harga minyak)," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group, dikutip Selasa (24/9).
Harga minyak mentah berjangka Brent sempat bertengger di level US$65,5 per barel pada awal perdagangan kemarin. Hal itu menandakan Arab Saudi membutuhkan waktu lebih lama mengembalikan pasokan produksi pasca-serangan pada Sabtu (14/9) lalu.
Namun, acuan minyak global sempat jatuh ke level US$63,53 per barel setelah Arab Saudi bisa memulihkan pasokan produksinya pada pekan depan.Salah satu sumber mengatakan Arab Saudi telah memulihkan lebih dari 75 persen dari produksi minyak mentah yang hilang setelah serangan dua pekan lalu. Makanya, pihak Kerajaan Arab Saudi optimistis produksinya akan kembali normal dalam waktu dekat.
Diketahui, serangan di fasilitas minyak beberapa waktu lalu menurunkan 50 persen dari produksi minyak mentah Arab Saudi dan membatasi kapasitas cadangan negara itu.
Sementara itu, pergerakan harga minyak mentah dunia juga bergantung dengan persediaan di Amerika Serikat (AS) dan ketegangan di Timur Tengah. Dalam hal ini, sejumlah analis memproyeksikan pasokan minyak di Negeri Paman Sam akan berada bawah rata-rata lima tahun terakhir.Penurunan pasokan di AS terjadi karena negara itu memutuskan untuk meningkatkan jumlah ekspor guna membantu Arab Saudi mengisi kekosongan pasokan minyaknya. Sementara, serangan di Arab Saudi juga membuat ketegangan di Timur Tengah meningkat.
[Gambas:Video CNN]
(aud/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2kF9k0B
via IFTTT
No comments:
Post a Comment