Pages

Sunday, September 22, 2019

Sayap Putih Untuk Perempuan di Deli Serdang

Medan, CNN Indonesia -- Rusmiana Rajagukguk (45 tahun), pedagang kue kacang di Deli Serdang, Batu Pancur, Sumatera Utara, boleh unjuk gigi. Usaha yang ditekuninya bersama sang suami selama 17 tahun terakhir mulai membuahkan hasil. Bermodal Rp2 juta saat merintis usaha kecil-kecilan, kini omzetnya menyentuh Rp5,4 juta per hari.

Ia dan suami bahu membahu membuat adonan kue kacang, memanggangnya, kemudian mengantarkannya sendiri dari satu warung ke warung kopi lainnya. Namun, bukan berarti usaha yang dijalani keduanya tanpa kerikil.

Jatuh bangun dirasakan Rusmiana berkali-kali. Mulai dari kekurangan modal, kecelakaan kerja saat suami mengantar pesanan menggunakan sepeda, hingga kembali ke rumah tanpa mengantongi uang hasil berjualan sepeser pun. Rugi jadi hal yang lumrah bagi Rusmiana.

"Pernah saya berutang ke rentenir, ketika terlambat membayar, rumah saya didatangi. Di depan anak-anak yang masih kecil, saya ditagih dengan cara kasar. Tepung dan adonan dirusak, dihamburkan, barang-barang dari rumah pun dibawa, termasuk televisi," kenang Rusmiana ditemui di tempat tinggalnya, akhir pekan lalu.

Darisana, ia mengaku jera berutang kepada rentenir. Motor satu-satunya milik suami pun, yang digunakan untuk mengantar pesanan, terpaksa dilego. Ia bangkit dengan uang hasil menjual motor dan kembali berbelanja untuk membuat adonan kue kacang.

Sampai pada 2016 lalu, Rusmiana mendapat tawaran dari tetangganya untuk mengikuti kelompok pembiayaan dari BTPN Syariah. Ia ragu. Ia merasa selama ini masuk golongan masyarakat yang tak tersentuh bank (unbankable). Selain itu, keyakinannya yang Kristen menciutkan nyalinya untuk diterima di lingkungan keuangan bisnis berprinsip islam.

"Saya bilang saya Kristen, apa bisa? Saya mau sekali jika bisa dibantu. Saya butuh modal untuk mengembangkan usaha saya, untuk menambah mesin pemanggang, untuk belanja tepung membuat adonan. Ternyata bisa," katanya.

Dengan syarat, Rusmiana harus mengikuti kelas selama lima hari pertama. Di kelas itu, ia diajarkan untuk bermimpi, menyusun cara untuk menggapai mimpi, mengatur keuangan, mendapatkan pelatihan, hingga pendampingan usaha.

Merintis Usaha Lewat Pembiayaan Prasejahtera BTPN SyariahBisnis kue kacang salah satu nasabah BTPN Syariah yang memanfaatkan pembiayaan prasejahtera produktif. (CNN Indonesia/Christine N Nababan).
Kelas lima hari itu dilewati Rusmiana dengan mulus. Ia pun mendapatkan persetujuan untuk pembiayaan awal sebesar Rp3 juta dengan tenor satu tahun. Hatinya senang bukan main. Mimpi menambah mesin pemanggang dan mengembangkan usahanya di depan mata.

Buah kerja keras dan disiplin itu mengantar Rusmiana ke siklus pembiayaan kedua. Usaha kue kacangnya semakin berkembang, kebutuhan modalnya pun meningkat. Ia kembali mengajukan pembiayaan sebesar Rp25 juta. "Sekarang sudah lunas juga. Saya mau ekspansi lagi dan mengajukan pembiayaan ketiga sebesar Rp50 juta," katanya.

Ekspansi usaha yang dilakukan Rusmiana bukan isapan jempol. Saat CNNIndonesia.com berkunjung, ibu dari enam anak itu sudah mengoperasikan usahanya dari pabrik kecil seluas 80 meter persegi.

Di pabrik itu, terdapat lima mesin pemanggang, mesin adonan kue, tumpukan karung isi tepung, loyang kue, dan alat pendukung. Di sebelah pabrik itu, berdiri rumah sederhana tempat Rusmina dan suami tinggal, beserta anak-anaknya.

Usaha kue kacang yang diberi merek Bakery Mandiri tersebut kini telah mempekerjakan 14 orang, termasuk supir yang mengantar kue-kue pesanan dengan mobil hasil kerja keras Rusmina dan suami. Ya, Rusmina dan suami tak lagi mengayuh sepeda atau bermotor sejauh lebih dari 8 kilometer untuk mengantarkan pesanan.

Lain Rusmiana, lain pula Sarinah (47 tahun). Perempuan pengrajin rotan tersebut justru mengenal BTPN Syariah di saat usahanya sedang terpuruk. Namun, ia mengaku masih bertahan dan bertekun dengan usahanya melalui dukungan pembiayaan prasejahtera produktif.

Ia berkisah usaha rotan yang dilakoninya sejak 26 tahun silam itu tengah terhimpit daya beli masyarakat yang lemah. "Dulu, saya ekspor. Tetapi, banyak pabrik tutup, jadi saya mengincar pasar lokal. Itu pun tidak sebaik dulu. Jadi, sekarang saya bikin hanya kalau ada pesanan masuk, karena tidak ada modalnya,," jelasnya.

Berbekal ajakan tetangga, Sarinah mengenal pembiayaan prasejahtera produktif BTPN Syariah. Dalam satu kelompok dengan peserta lainnya, ia ikut dalam skema pembiayaan tanggung renteng. Pembiayaan ini mengandalkan solidaritas peserta, di mana ketika satu peserta tak mampu membayar, peserta lain akan patungan untuk membantu.

Awalnya, ia menuturkan mengajukan pembiayaan Rp2 juta. Uang itu kemudian dibelikan bahan baku rotan untuk membuat kerajinan. Siklus kedua dilanjutkan dengan nilai pembiayaan Rp15 juta. "Dari sini, saya tidak perlu lagi menunggu pesanan datang untuk membuat barang. Saya bisa langsung buat stok," terang dia.

Pembiayaan Prasejahtera

Fauzan Ridha, Business Coach Sumatera VI BTPN Syariah mengklaim banknya menjadi satu-satunya bank yang menyalurkan pembiayaan kepada perempuan prasejahtera produktif. Pembiayaan syariah dengan sistem tanggung renteng untuk membentuk jiwa solidaritas sesama perempuan prasejahtera.

"Mereka tidak hanya mendapatkan fasilitas pembiayaan mulai dari Rp2 juta-Rp100 juta, tetapi juga disiapkan membangun perilaku unggul untuk memiliki usaha," imbuh Fauzan.

Sistem keanggotaan yang mengadopsi konsep Grameen Bank ini sudah diikuti 230 ribu nasabah perempuan prasejahtera di Sumatera Utara. Dengan total pembiayaan Rp541 miliar per Juni 2019.

Direktur BTPN Syariah Gatot Adhi Prasetyo mengungkapkan pembiayaan prasejahtera produktif yang ditawarkan perusahaan fokus kepada pemberdayaan perempuan, termasuk 97 persen bankir pemberdaya dari tingkat terbawah yang merupakan perempuan.

Dari total 12 ribu karyawan BTPN Syariah, di antaranya 10 ribu karyawan merupakan tenaga lapangan yang melayani pembiayaan kepada perempuan-perempuan prasejahtera produktif.

"Mereka ini yang menjadi ujung tombak bisnis pembiayaan prasejahtera produktif. Mereka yang melakukan pendampingan, membentuk kelompok dan mengawasinya, termasuk menjemput cicilan para perempuan prasejahtera," tandasnya.
[Gambas:Video CNN]

(asa)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2LIlqkj
via IFTTT

No comments:

Post a Comment