Sampai akhir 2019, Bekraf menargetkan melakukan sertifikasi terhadap sebanyak 19.658 tenaga kerja di bidang ekonomi kreatif.
"Tepatnya ada 16 subsektor yang masuk dalam ekonomi kreatif, tapi belum semua tenaga kerjanya bisa disertifikasi," kata Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standarisasi Bekraf Sabartua Tampubolon seperti dikutip dari Antara, Kamis (3/10).
Salah satu alasan tak semua tenaga kerja bisa tersertifikasi ialah belum setiap subsektor dilengkapi dengan keberadaan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan asesor. Padahal, keberadaan keduanya merupakan sebagian syarat pelaksanaan sertifikasi. Sampai saat ini, lanjutnya, Bekraf baru memfasilitasi sebagian dari total subsektor, di antaranya subsektor batik, barista, animasi, kriya kayu ukir, dan musik.
"Sebetulnya tahun lalu kami juga memfasilitasi sertifikasi untuk fotografi, tetapi saat ini LSP-nya mau dibenahi dulu. Jadi tahun ini belum ada program sertifikasi untuk subsektor tersebut," sambungnya.
Berdasarkan data statistik, ekonomi kreatif yang paling dominan berkembang di Indonesia ialah kuliner. "Baru kemudian diikuti subsektor kriya dan fesyen," ucapnya.
[Gambas:Video CNN]
Untuk terus mengembangkan subsektor yang ada, Bekraf berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia.
"Jika rencana tersebut terealisasi, diharapkan bisa berdampak positif bukan hanya untuk subsektor fesyen, tapi juga bagi subsektor lain," ucap Sabartua. (Antara/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2VaXYiR
via IFTTT
No comments:
Post a Comment