"Salah satu masalah kronis menahun di neraca pembayaran itu datangnya tidak jauh-jauh dari bidang transportasi, terbesar di sektor jasa 80 persen berasal dari sea freight," ungkap Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang PS Brodjonegoro, Kamis (17/10).
Ia menyatakan aktivitas ekspor dan impor yang menggunakan kapal asing mencapai 60 persen. Kemudian, pelayaran khusus domestik yang menggunakan kapal asing 2 persen dan penggunaan kapal dengan asuransi asing 11 persen.
"Jadi ini kan ekspor, tapi ketika ekspornya mengunakan kapal asing kan terkesannya jadi ada outflow. Tercatat sebagai outflow. Neraca defisit," katanya. Ia menyatakan angkutan laut domestik memang kesulitan mendapatkan bendera Indonesia. Berbeda dengan negara lain yang lebih mudah mendapatkan bendera.
"Kalau mau dapat bendera Indonesia di kapal lebih sulit daripada bendera Singapura atau Panama segala macam. Tapi walau hanya bendera ini tercatat di transaksi jadi defisit kan," paparnya.
Selain itu, ia menyebutkan 85 persen aktivitas bongkar muat ekspor Indonesia dilakukan di Singapura. Dengan demikian, mayoritas ekspor tercatat justru ke negara tersebut.
"Padahal kan tidak, tidak mungkin sebanyak itu ke Singapura. Ini yang pelayaran langsung (direct call) hanya 15 persen," ucapnya.
[Gambas:Video CNN]
Untuk itu, pemerintah kini sedang membuat jaringan pelabuhan terpadu dan terintegrasi di 7 pelabuhan di Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi dominasi Singapura sebagai pelabuhan hub di regional.
"Kami harus mengurangi perang Singapura, saya minta kerja samanya ayo pelan-pelan alihkan hub dari Singapura ke Indonesia," ujarnya.
Ketujuh pelabuhan hub yang dimaksud antara lain Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Kijing, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Bitung, dan Pelabuhan Sorong.
from CNN Indonesia https://ift.tt/2oEvP87
via IFTTT
No comments:
Post a Comment