Nissan tercatat mempekerjakan sekitar 139 ribu karyawan di negara operasionalnya di seluruh dunia. Seperti dilansir AFP, Rabu (24/7), upaya PHK ditempuh demi menekan kerugian perusahaan jatuh lebih dalam.
Diketahui, laba bersih perusahaan jatuh ke level terendahnya dalam satu dekade terakhir. Laba rontok karena iklim usaha tengah lesu, bahkan diproyeksi terjadi hingga 12 bulan ke depan.
Perusahaan baru akan mengumumkan pencapaian kuartal pertamanya pada Kamis (25/7) esok. Juru bicara perusahaan menolak mengomentari apapun sebelum laporan keuangan dirilis esok hari.
"Kami belum memutuskan apa yang akan kami umumkan pada konferensi pers besok dan kami tidak mengomentari spekulasi media," ujar Koji Okuda, juru bicara Nissan.
Dikabarkan, penjualan Nissan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa tergerus. Kondisi belum juga pulih ketika Carlos Ghosn, mantan bos perusahaan ditangkap atas tuduhan kejahatan keuangan.
Perusahaan semakin terpuruk menghadapi ketegangan dengan Renault, mitranya dari Prancis. Padahal, Renault memiliki 43 persen saham perusahaan otomotif pabrikan Jepang tersebut dan tengah menjalani perombakan untuk memperkuat organisasi setelah skandal Ghosn.
Kantor Berita Kyodo, seperti dikutip dari AFP, menyebut pemangkasan tenaga kerja yang dilakukan Nissan akan menghantam sejumlah pabrik di Amerika Selatan dan daerah lain.
Pada Mei 2019, Nissan melaporkan laba bersih untuk tahun fiskal yang berakhir Maret sebesar 319 miliar yen atau US$2,9 miliar. Realisasi ini tercatat yang terlemah sejak 2009-2010 silam ketika perusahaan berjuang usai krisis keuangan global.
Realisasi laba bersih kuartal I tersebut juga tercatat melorot 57 persen dibandingkan Maret 2018 lalu. Proyeksi laba untuk tahun ini diperkirakan akan lebih suram lagi.
[Gambas:Video CNN]
(AFP/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2JNliiE
via IFTTT
No comments:
Post a Comment