Kemudian, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) susut 1,6 persen menjadi US$55,88 per barel. Pelemahan dipicu kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi dunia.
Perlambatan tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada penurunan minyak dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) baru saja merevisi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dari 3,3 persen menjadi 3,2 persen .
Revisi proyeksi juga dilakukan terhadap pertumbuhan ekonomi 2020. IMF memproyeksikan ekonomi 2020 hanya akan mencapai 3,5 persen atau turun dibandingkan proyeksi sebelumnya yang 3,6 persen.
Di tengah proyeksi tersebut, Arab Saudi dan Kuwait, Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah berdiskusi untuk melanjutkan produksi minyak di ladang yang dioperasikan bersama, yakni di Zona Netral Saudi-Kuwait.Sebelumnya, kedua negara ini sempat menghentikan produksi dari ladang minyak bernama Khafiji dan Wafra. Keputusan itu memotong produksi minyak sekitar 500 ribu barel per hari atau setara dengan 0,5 persen dari pasokan minyak dunia.
Meski berujung di zona merah, harga minyak sempat menguat setelah data Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) menyusut. Jumlah penurunan stok komoditas itu turun 10,8 juta barel.
Hanya saja, sentimen itu tak bertahan lama direspons oleh investor. Dengan demikian, harga minyak dunia kembali menetap di teritori negatif.
[Gambas:Video CNN]
"Pasar akan mencoba mengatakan bahwa penurunan itu kemungkinan disebabkan oleh Badai Barry dan pasar tidak bereaksi terlalu banyak terhadap sentimen itu," kata Analis di Price Futures Group Phil Flynn.
Seperti diketahui, sejumlah perusahaan minyak di Negeri Paman Sam memangkas beberapa produksi minyak di Teluk Meksiko sebelum Badai Barry menerjangLousiana pada awal bulan ini.
(ulf/agt)from CNN Indonesia https://ift.tt/2Yi2zzI
via IFTTT
No comments:
Post a Comment