Pada awal Juli lalu, perbankan asal Jerman itu memproyeksi akan mengalami kerugian sekitar 2,8 miliar euro pada kuartal kedua tahun ini. Hal itu diungkapkan saat perusahaan mengumumkan rencana restrukturisasi pemberi pinjaman akan menyebabkan 18 ribu karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), dan menguras biaya mencapai 7,4 miliar euro.
Kerugian pada kuartal kedua ini berbanding terbalik dari kinerja keuangan tahun sebelumnya yang mencatatkan laba sebesar 401 juta euro.
Chief Executive Officer (DEO) Deutsche Bank Christian Sewing mengatakan pihaknya telah mengambil langkah signifikan untuk menerapkan strategi tersebut.
"Sebagian besar dari biaya restrukturisasi kami sudah diserap pada kuartal kedua," ujar Sewing dikutip dari Reuters, Rabu (24/7).
Pendapatan dari divisi perdagangan obligasi tunai Deutsche turun 4 persen pada kuartal II, sementara pendapatan ekuitas dan pendapatan perdagangan merosot 32 persen. Hal itu menunjukkan berlanjutnya pelemahan kinerja pada bank pemberi pinjaman investasi Jerman tersebut.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Deutsche Bank mengaku akan mengambil langkah PHK terhadap 18 ribu karyawan hingga 2022 nanti. Pemangkasan jumlah karyawan ditujukan untuk efisiensi biaya hingga US$6,7 miliar per tahun.
Saat itu, Sewing mengisyaratkan bahwa pemangkasan karyawan akan banyak terjadi di negara asalnya, Jerman.
Diketahui, total pekerja Deutsche Bank mencapai 74 ribu karyawan. Dengan mem-PHK 18.000 karyawan, artinya perusahaan memangkas seperlima dari seluruh karyawannya.
Oleh karena kinerja yang tak menguntungkan, perusahaan tidak akan membagikan dividen, baik tahun ini maupun tahun depan.
PHK yang akan ditempuh perusahaan disebut-sebut sebagai upaya terakhir Deutsche Bank untuk menyelamatkan diri dari keterpurukan. Sebelumnya, perusahaan mengambil upaya mengalihkan fokus bisnis, dari semula bersaing dengan perusahaan raksasa AS menjadi terbatas pada perusahaan-perusahaan Eropa.
(Reuters/lav)from CNN Indonesia https://ift.tt/2y4RlDW
via IFTTT
No comments:
Post a Comment