"Kalau dulu yang selenggarakan financial services selain PT Pos dan PT Pegadaian (Persero) tidak ada. Tapi, tahun 2014, OJK membuka semua layanan transaksi keuangan lewat bank. Muncul itu di bank kan disrupsi. Kedua, fintech," tutur Direktur Utama PT Pos Gilarsi Wahyu Setijono ditemui CNNIndonesia.com di kantornya, Rabu (24/7).
Maklum, untuk memanfaatkan layanan pengiriman uang lewat PT Pos, konsumen harus merogoh kocek Rp15 ribu. Namun kini, lewat layanan tranfer dana jasa perbankan hanya mematok biaya Rp6.500 per transaksi, bahkan gratis. Dana yang dikirim itu pun diterima secara real time atau pada saat itu juga.
Tak sampai disitu, pada 2016, pemerintah juga menggaungkan gerakan non tunai ke masyarakat. Padahal, layanan keuangan perseroan mengandalkan pembayaran dan pengiriman uang secara tunai. Distribusinya bahkan sampai ke pulau-pulau.
Alasannya sederhana, pemerintah tengah mengembangkan program inklusi keuangan. Sehingga, layanan pembayaran dan pengiriman uang semakin berkurang. Walhasil, aktivitas layanan keuangan perseroan semakin sepi.
Sebelumnya ada sekitar Rp180 triliun berputar di PT Pos. Namun, ketika disrupsi terjadi, perputaran uang di PT Pos hanya tersisa Rp120 triliun-Rp130 triliun, karena masyarakat semakin cashless.
"Disrupsi yang luar biasa tinggi. Wesel remitansi itu main course (menu utama) PT Pos. Pendapatan dari wesel ini besar. Kalau begini tidak banyak yang bisa kami lakukan, karena sunset (tenggelam). Paling-paling, identifikasi mana yang masih butuh layanan wesel," imbuh Gilarsi.
Di sisi lain, lini bisnis kurir PT Pos tidak terlalu manis menghasilkan margin. Ini artinya, jika ingin menggerakkan bisnis kurirnya, maka perseroan harus lebih efisien. Misalnya, dengan menggandeng mitra untuk layanan operasional sampai malam.
Mengutip laporan keuangan perseroan tahun lalu, jasa kurir perseroan kini mendominasi dengan pendapatan Rp3 triliun. Sementara, jasa keuangannya hanya berkisar Rp896,68 miliar atau turun 7,7 persen dibanding tahun sebelumnya. Tak ayal, laba bersih perseroan rontok 64 persen, dari Rp355 miliar menjadi hanya Rp127 miliar.
[Gambas:Video CNN]
(aud/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/30QQmn9
via IFTTT
No comments:
Post a Comment