Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengatakan pelaku usaha perhotelan dan restoran mengalami kerugian biaya karena ada ongkos tambahan yang harus dikeluarkan untuk menghidupkan listrik melalui generator set (genset).
"Yang jelas kalau dari segi biaya, itu menjadi tambah naik ya karena additional biaya untuk genset. Karena harus tambah solar dan sebagainya, otomatis dari biaya itu naik,"kata Haryadi kepada CNNIndonesia.com, Senin (5/8).
Selain itu, Haryadi mengatakan pemadaman listrik mengganggu kenyamanan para tamu yang menginap di hotel tanpa fasilitas genset.
Kendati demikian, pemadaman listrik juga memberi berkah bagi sebagian hotel dan restoran yang berada di sekitar pemukiman warga. Pasalnya, warga kalangan menengah ke atas yang bosan beraktivitas di rumah tanpa listrik memilih menyewa hotel untuk menetap sementara.
Namun, hal itu tak berdampak terhadap pendapatan sektor perhotelan dan restoran secara signifikan.
"Jangan bilang dampak postif lah ya. Sebetulnya gak postif juga sih. Kan berarti itu orang susah ya kan. Orang harusnya dia di rumah gak perlu harus tinggal di hotel, karena gak bisa apa-apa di rumah," ujarnya.
Sama halnya seperti Haryadi, Wakil Ketua BPP PHRI Rainer Daulay menyatakan ada keuntungan tersendiri karena pemadaman listrik kemarin. Hal ini karena banyak masyarakat yang mencoba mencari kenyamanan seperti tinggal di hotel.
"Nah, banyak orang yang karena mati lampu itu mencoba mencari kenyamanan lah paling tidak lebih aman tinggal di hotel kan begitu. Untuk satu dua malam ini kan. Karena sampai sekarang sebagian besar mati lagi," ujar Rainer.
Namun, dengan adanya keuntungan ini tetap berdampak negatif yaitu operasional hotel menjadi berat karena harus menyediakan genset agar listrik di hotel tetap menyala.
Ketua PHRI Banten Achmad Sari Alam mengungkapkan pemadaman listrik yang terjadi di sejumlah daerah tentu membuat para wisatawan menjadi tidak nyaman. Listrik mati juga mengganggu aktivitas layanan di hotel dan restoran."Kelihatannya semuanya (hotel dan restoran di Banten) kena pemadaman, baru sore dan malam. Ini kerugian nasional", kata Achmad saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (5/8).
Hal ini, menurut Achmad, terutama terjadi pada sejumlah hotel dan restoran di Banten yang belum memiliki fasilitas daya listrik bantuan atau diesel guna memenuhi kebutuhan energi di tempatnya.
"Menganggu pelayanan karena belum tentu hotel-hotel mencukupi daya listriknya dari diesel atau nggak ada diesel sama sekali," ujarnya.
Ia juga mengibaratkan listrik sama seperti jantung manusia. Jika bermasalah, maka akan sangat merugikan masyarakat yang terkena pemadaman listrik terutama untuk perhotelan dan restoran.
Terkait potensi kehilangan cuan, Acmad tidak bisa memberi gambaran secara rinci kerugian karena pihaknya tidak bisa mengintervensi kinerja keuangan masing-masing hotel maupun restoran yang berada di Banten.Listrik padam di sejumlah wilayah Jakarta dan sebagian Banten, Jawa Barat, serta Jawa Tengah, pada Minggu (4/8). Bahkan beberapa wilayah masih padam hingga Senin (5/8) pagi.
PLN menjelaskan listrik mati karena ada gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV. Hal ini mengakibatkan transfer energi dari timur ke barat mengalami kegagalan.
Akibatnya, seluruh pembangkit di sisi tengah dan barat Jawa mengalami gangguan (trip). Aliran listrik kemudian padam di wilayah Jabodetabek, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah. Listrik padam di wilayah Jabodetabek sendiri terjadi mulai pukul 11.48 WIB.
Selain itu, pemadaman listrik di wilayah lainnya termasuk Jawa Barat disebabkan karena gangguan transmisi Sutet 500 kV. Area yang terdampak listrik padam ini antara lain Bandung, Bekasi, Cianjur, Cimahi, Cirebon, Garut, Karawang, Purwakarta, Majalaya, Sumedang, Tasikmalaya, Depok, Gunung Putri, Sukabumi, dan Bogor.
Atas kejadian tersebut, Presiden Jokowi mendatangi Kantor Pusat PLN, Senin (5/8) pagi ini. Ia meminta perusahaan setrum negara tersebut untuk segera menyelesaikan masalah tersebut.
[Gambas:Video CNN] (sas/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2Zt8vqS
via IFTTT
No comments:
Post a Comment