Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan indikator investasi tercatat hanya tumbuh 5,01 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,85 persen.
"Investasi melambat karena pertumbuhan barang modal selain bangunan dan mesin mengalami kontraksi," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Senin (5/8).
Dari sisi pengeluaran, investasi merupakan kontributor kedua terbesar dalam perekonomian, di bawah konsumsi. Pada tiga bulan kedua tahun ini, investasi menopang 31,25 persen terhadap perekonomian. Artinya, dari 5,05 persen angka pertumbuhan kuartal II 2019, sebanyak 1,59 persen diantaranya berasal dari investasi.
Suhariyanto merinci pertumbuhan investasi selama periode April-Juni mendapat dorongan dari pertumbuhan barang modal jenis mesin dan perlengkapan dan bangunan.
Tercatat, pertumbuhan bangunan pada kuartal II 2019 mencapai 5,46 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,02 persen.
Pertumbuhan barang modal jenis mesin dan perlengkapan juga menanjak 9,87 persen namun melambat dibandingkan periode April-Juni 2018 yang mencapai 22,27 persen.
"Pertumbuhan barang modal jenis mesin dan perlengkapan dipengaruhi oleh meningkatnya nilai impor dan produksi domestik," tuturnya.
Sementara itu, barang modal jenis kendaraan lajunya kontraksi 0,04 persen. Padahal, periode yang sama tahun lalu masih bisa tumbuh 8,01 persen. Penurunan ini dipengaruhi oleh menurunnya barang modal kendaraan baik yang berasal dari domestik maupun impor.
Penurunan kinerja secara tahunan juga dipengaruhi penurunan barang modal peralatan lainnya sebesar 0,65 persen, sumber daya hayati (CBR) minus 0,14 persen dan produk kekayaan intelektual yang merosot 0,2 persen.
Pertumbuhan investasi kuartal II, sambung ia, juga dipengaruhi oleh situasi politik. Sebagai catatan, pada kuartal II lalu, Indonesia menyelenggarakan pesta demokrasi.
"Situasi politik pada kuartal II kemarin agak disayangkan kurang mendukung meskipun sekarang sudah dalam kondisi baik," jelasnya.
[Gambas:Video CNN]
Ke depan, menurut Suhariyanto, untuk mendongkrak investasi, pemerintah perlu menjaga situasi politik dan keamanan. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan kepastian hukum dan melanjutkan penyederhanaan regulasi.
Secara terpisah, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sri Soelistyowati mengungkapkan kinerja PMTB dapat berbeda dengan kinerja investasi yang dilaporkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Sebagai catatan, BPKM melaporkan investasi pada kuartal II 2019 tumbuh 13,7 persen.
"Porsi investasi dari BKPM itu hanya 15 persen (terhadap PMTB)," ujar Sri.
Sri menerangkan ada investasi yang tidak tercatat oleh BKPM seperti pembelian lahan. Sebaliknya ada investasi yang diperhitungkan dalam BKPM tetapi tidak tercatat di PMTB seperti modal kerja. (sfr/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2ZsnXUd
via IFTTT
No comments:
Post a Comment