Mengutip Reuters, kebijakan menaikkan pajak penjualan di Jepang mencuat sejak awal tahun ini, di tengah bayang-bayang pelemahan ekonomi negaranya. Alasan lain, yaitu meredam konsumsi masyarakatnya.
Jepang terakhir kali mengerek pajak penjualan pada 2014 lalu, yaitu dari sebelumnya 5 persen menjadi 8 persen. Kenaikan pajak penjualan kala itu sempat melemahkan daya beli masyarakat secara drastis.
Kali ini, perlambatan permintaan global dan tingginya tekanan perang dagang dipastikan akan tetap memukul ekonomi Jepang, sekalipun pemerintahnya membatalkan kenaikan pajak penjualan.
Dalam sebuah siaran televisi lokal, masyarakat Jepang sudah mewanti-wanti kenaikan pajak penjualan dengan memborong sejumlah barang, seperti anggur, kosmetik, dan perhiasan."Saya agak khawatir apakah saya bisa membeli barang ini dengan tarif pajak 8 persen, tapi sekarang saya lega karena berhasil," ujar seorang wanita berusia 45 tahun kepada NHK usai membeli kasur senilai US$647 di sebuah pusat perbelanjaan di Tokyo.
Kendati pajak penjualan naik, Pemerintah Jepang berupaya meringankan beban warga dengan membebaskan pajak tinggi untuk makanan dan minuman nonalkohol.
Pemerintah Jepang juga telah menyiapkan dana 2 triliun yen untuk diskon dan voucher belanja, serta pekerjaan umum. Sedang, 300 miliar yen lainnya akan dihabiskan untuk keringanan pajak pembelian rumah dan mobil.
Ekonom SMBC Nikko Securities Koya Miyamae menuturkan diskon, voucher, dan sistem poin untuk berbelanja dapat mengurangi beban konsumen. "Namun, sentimen konsumen cenderung memburuk sebelum dan sesudah kenaikan pajak, yang pada gilirannya akan mengurangi aktivitas ekonomi," imbuh dia.Pemerintah Jepang sendiri menyampaikan siap memberikan insentif jika beban yang dialami konsumen lebih besar dari perkiraan.
"Saya akan mengambil inisiatif untuk memeriksa situasi ekonomi dengan cermat dan mengambil langkah-langkah ekonomi tambahan secara fleksibel, jika perlu," terang Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura.
[Gambas:Video CNN]
(hns/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2oIcSkj
via IFTTT
No comments:
Post a Comment