Utang tersebut tumbuh 10,3 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 9,9 persen.
BI merinci, utang tersebut berasal dari beberapa sumber. Pertama berasal dari utang pemerintah dan bank sentral yang sebesar US$197,5 miliar.
Kedua, utang swasta termasuk BUMN sebesar US$197,8 miliar. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dikutip dari laman BI Senin (16/9) menyatakan penambahan utang tersebut dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto utang luar negeri dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Peningkatan tersebut didorong oleh arus masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang tetap tinggi di tengah dinamika global yang kurang kondusif," katanya.
Meskipun meningkat, ia menyatakan utang luar negeri Indonesia sampai dengan Juli kemarin masih aman. Utang juga terkendali dan berstruktur sehat.
"Pengelolaan utang pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Sementara itu untuk swasta, utang tumbuh meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan investasi korporasi di beberapa sektor ekonomi utama. Posisi utang luar negeri swasta pada akhir Juli 2019 tumbuh 11,5 secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 11,1 persen.
Peningkatan ULN swasta terutama bersumber dari penerbitan obligasi global oleh korporasi bukan lembaga keuangan. Secara sektoral, utang luar negeri swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian.
Kontribusi utang luar negeri di keempat sektor tersebut terhadap total utang swasta mencapai 76,6%.
(agt/agt)from CNN Indonesia https://ift.tt/2NhlcT8
via IFTTT
No comments:
Post a Comment