Pages

Sunday, September 15, 2019

Pekan Lalu, Harga Minyak Dunia Tertekan Ekonomi Global

Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia merosot sepanjang pekan lalu. Salah satunya dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global, meski ada tanda-tanda kemajuan dari upaya penyelesaian perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China.

Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent pada perdagangan Jumat (13/9) tercatat US$60,22 per barel atau melemah 2,1 persen sepanjang pekan lalu. Pelemahan itu merupakan yang pertama dalam lima pekan terakhir.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sekitar 3 persen menjadi US$54,85 per barel. Penurunan tersebut merupakan yang pertama dalam tiga pekan terakhir.

Pekan lalu, AS dan China mulai menunjukkan itikad baik untuk menyelesaikan sengketa dagang keduanya melalui upaya persiapan negosiasi baru.

Berdasarkan pemberitaan kantor berita China Xinhua yang dikutip dari Reuters, China akan mengecualikan beberapa produk pertanian AS dari pengenaan tarif tambahan.
Kendati demikian, harga minyak tetap mendapat tekanan dari proyeksi permintaan yang melemah.

"Harga minyak tampaknya mengindikasikan pertumbuhan ekonomi global telah terkena dampak dari pengenaan tarif, sementara pasar lainnya, seperti bursa saham lebih fokus pada kemajuan ke depan," ujar Pimpinan Ritterbusch & Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.

Pekan lalu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan pasokan minyak dunia berpotensi surplus tahun depan. Pasalnya, upaya pembatasan pasokan yang dilakukan OPEC dan sekutunya tak cukup untuk melawan pertumbuhan produksi minyak AS.

Sepanjang tahun ini berjalan, harga Brent telah menguat 12 persen akibat pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) yang dilakukan oleh OPEC dan sekutunya (OPEC+), termasuk Rusia.

Sebuah komite pengawasan OPEC+ mengantongi komitmen dari Irak dan Nigeria untuk melaksanakan porsi pemangkasan produksinya. Selama ini, Irak dan Nigeria gagal melaksanakan kesepakatan tersebut. OPEC+ belum memutuskan untuk memangkas produksi lebih dalam.

[Gambas:Video CNN]
Beberapa delegasi OPEC menyatakan gagasan untuk pemangkasan yang lebih besar pada tahun depan mendapatkan dukungan. Namun, Menteri Energi Arab Saudi

Pangeran Abdulaziz bin Salman menyatakan pembicaraan mengenai pemangkasan baru akan dilakukan pada pertemuan OPEC+ berikutnya pada Desember mendatang.

"Jika kesepakatan perdagangan AS-China terjadi, mereka (OPEC+) mungkin harus mengerek produksi, bukan memangkas," kata Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.

(sfr/lav)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/31lewXD
via IFTTT

No comments:

Post a Comment