Mengutip Reuters, kenaikan harga minyak dunia juga terjadi lantaran tensi politik di Timur Tengah yang semakin memanas. Tercatat, harga minyak mentah berjangka Brent menguat 1,3 persen menjadi US$64,4 per barel, sedangkan minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) hampir stagnan di level US$58,13 per barel.
Diketahui, serangan pesawat tanpa awak (drone) telah memangkas separuh dari produksi minyak mentah Arab Saudi sekaligus membatasi kapasitas cadangan negara tersebut. Sementara itu, ketegangan politik di Timur Tengah meningkat ketika Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi menuduh Iran sebagai pihak yang berada di balik serangan itu.
"Industri minyak Arab Saudi terancam lagi dan kami bisa melihat lebih banyak gangguan pasokan di Teluk Persia," ucap Wakil Presiden Riset Pasar Tradition Energy Gene Mcgillian.
AS mengatakan bahwa pihaknya sedang membangun koalisi untuk mencegah ancaman lebih lanjut dari Iran setelah serangan akhir pekan lalu. Militer AS kemudian berkonsultasi dengan Arab Saudi untuk mengurangi ancaman dari utata.Presiden AS Donald Trump menuturkan bahwa ada sejumlah pilihan selain perang untuk menghadapi Iran. Ia bahkan sudah memerintahkan Departemen Keuangan untuk menambah sanksi untuk Teheran.
Kerajaan Arab Saudi sebelumnya telah berkomitmen untuk mengembalikan kapasitas produksinya usai diserang beberapa hari lalu. Negara itu juga meyakini bisa memproduksi minyak sebesar 12 juta barel per hari pada akhir November 2019 mendatang, persis seperti sebelum serangan terjadi.
Wall Street Journal melaporkan Arab Saudi meminta pasokan minyak kepada State Oil Marketing Organisation (SOMO) sebanyak 20 juta barel. Hanya saja, salah satu kantor berita Irak membantah informasi tersebut."Pasar mempertanyakan apakah Arab Saudi bisa melewati ini (mengembalikan pasokan seperti semula) seperti yang mereka klaim," pungkas Mitra di Again Capital LLC John Kilduff.
[Gambas:Video CNN] (aud/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/34ZbVET
via IFTTT
No comments:
Post a Comment