Pages

Monday, September 16, 2019

Rilis Data Ekonomi China Terus Memburuk

Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonomi China terlihat semakin melambat akibat perang dagang yang belum selesai dengan Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut terlihat dari sejumlah data yang baru saja dipublikasikan oleh Negeri Tirai Bambu awal pekan ini.

Mengutip AFP, output industri tercatat naik sebesar 4,4 persen sepanjang Agustus 2019. Meskipun masih naik, angka pertumbuhan itu ternyata buruk.

Pasalnya, pertumbuhan tersebut merupakan yang terburuk dalam 17 tahun terakhir dan turun dibandingkan Juli 2019 yang sebesar 4,8 persen.

Bahkan, dalam survei yang dilakukan oleh Bloomberg kepada sejumlah analis, realisasi output industri China juga jauh dari perkiraan analis yang mencapai 5,2 persen.

"Kami sadar bahwa ketidakstabilan dan ketidakpastian internasional meningkat secara signifikan dan bahwa di dalam negeri masalah struktural ekonomi masih menonjol, serta tekanan ekonomi meningkat," papar Juru Bicara Biro Statistik Nasional Fu Linghui, dikutip Senin (16/9).

Selain output industri, penjualan ritel juga melambat hanya 7,5 persen. Angkanya lebih rendah 0,1 persen dibandingkan dengan posisi Juli 2019 yang sebesar 7,6 persen.


Sementara, investasi aset tetap (fixed-asset) tercatat meningkat 5,5 persen. Pertumbuhannya melambat 0,2 persen dari bulan sebelumnya. Perlambatan juga terjadi pada investasi di sektor perumahan.

Data-data ini terbilang lebih rendah dari prediksi analis. Sebelumnya penjualan ritel diramalkan naik 7,9 persen dan investasi 5,7 persen.

Diketahui, ekonomi China memang sudah melambat sejak awal tahun ini. Pada kuartal II 2019, pertumbuhan ekonomi negara itu tercatat hanya 6,2 persen atau terendah sejak 27 tahun terakhir.
"Sangat sulit bagi China untuk mempertahankan pertumbuhan 6 persen atau lebih," tutur Perdana Menteri China Li Keqiang dalam sebuah wawancara dengan media Rusia.

Bank Rakyat China pun berencana memangkas jumlah pinjaman tunai yang akan dikucurkan untuk disimpan sebagai cadangan. Hal ini dilakukan di tengah perlambatan ekonomi China.

"Dengan kebangkitan yang tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat, kami mengantisipasi bahwa pembuat kebijakan akan melonggarkan kondisi moneter lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang," ucap Ekonom China di Capital Economics Martin Lynge Rasmussen.[Gambas:Video CNN] (AFP/aud)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/305C31j
via IFTTT

No comments:

Post a Comment