Pages

Sunday, September 15, 2019

Saham Sektor Ritel Layak Koleksi Kala Rupiah Menguat

Jakarta, CNN Indonesia -- Sepanjang pekan lalu, rupiah perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang garuda berhasil tembus ke posisi Rp13.967 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (13/9) sore.

Posisi itu menguat dari Rp14.035 per dolar AS di awal pekan. Penguatan mata uang Garuda tak lepas dari penurunan ketegangan dagang antara Amerika Serikat dengan China. Seperti diketahui, pada Rabu (11/9) Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menunda tambahan tarif bagi produk impor China senilai US$250 miliar dari 1 Oktober 2019 menjadi 16 Oktober 2019.

Kebijakan diambil Trump menyusul langkah pemerintah China mengecualikan 16 impor asal AS dari tarif tambahan yang akan dikenakan oleh Negeri Tirai Bambu tersebut. Penundaan tarif tersebut memberikan optimisme bagi pasar menjelang pertemuan perwakilan dua negara di Washington DC bulan depan.

Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan kebangkitan rupiah memberikan angin segar bagi pasar ekuitas. Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,41 persen.

IHSG melaju di zona hijau selama tiga hari, namun mengalami koreksi pada dua hari terakhir. "Pelaku pasar melakukan aksi ambil untung," katanya kepada CNNIndonesia.com.

Pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum penguatan rupiah untuk akumulasi beli. Aksi beli khususnya bisa dilakukan terhadap saham perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas impor.

Pasalnya, penguatan nilai tukar rupiah diprediksi memberikan dampak positif pada kinerja keuangan perusahaan tersebut. Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki merekomendasikan saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) untuk dilirik.

"Kebanyakan barang mereka impor, jadi dengan penguatan rupiah menjadi sentimen positif bagi perusahaan," tuturnya.

[Gambas:Video CNN]
Pekan lalu, dua saham tersebut tampak menguat melebihi kenaikan IHSG. Kenaikan sahamnya juga berada di atas rata-rata sektor perdagangan dan jasa yang justru terpantau negatif 0,24 persen.

Pada perdagangan Jumat (13/9) saham ACES ditutup naik 3,77 persen ke level Rp1.790 per saham. Dalam sepekan, saham ACES menguat 2,58 persen. Sedangkan sejak awal tahun sahamnya tumbuh 20,13 persen.

Sementara itu, saham MAPI ditutup naik 0,99 persen ke posisi Rp1.025 per saham. Dalam sepekan, saham MAPI terbang 1,49 persen. Sedangkan sejak awal tahun sahamnya menguat 27,33 persen.

Yaki merekomendasikan beli untuk dua saham ritel itu lantaran masih melihat potensi penguatan ke depan. Ia memprediksi saham ACES mampu mencapai target harga Rp1.870-Rp1900 per saham dan MAPI ke posisi Rp1.100 per saham.

"Potensi uptrend masih ada. Level support-nya masih sekitar Rp1.740 untuk ACES dan Rp900 untuk MAPI," jelasnya.

Ia melanjutkan stabilitas nilai tukar rupiah bakal mendorong pertumbuhan pendapatan dua perusahaan tersebut. Jika rupiah stabil di posisi Rp13.900-Rp14.150 ia memprediksi pertumbuhan pendapatan kedua emiten bisa mencapai 5 persen.

"Kalau rupiah stabil dan menguat mereka bisa menekan average selling price (ASP), jadi bagus buat konsumen dan daya beli masyarakat masuk," katanya.

Sentimen positif, sambung dia, menanti dua perusahaan tersebut di akhir tahun. Sebagai perusahaan penyedia perabot rumah tangga, Yaki bilang kinerja ACES bakal terdongkrak periode Natal dan tahun baru 2020. Alasannya, banyak masyarakat yang memperbaharui perabot rumah tangganya pada momen tersebut.

Sementara itu, MAPI diprediksi mendapatkan berkah dari tren konsumsi masyarakat yang mengarah kepada leisure. Sebagai pengelola merek-merek ternama di dunia, MAPI diyakini mendulang berkah dari gerai Starbucks.

"Penjualan cenderung masih sesuai dengan prediksi pasar. Tetapi dibandingkan tahun sebelumnya sepertinya lebih soft," katanya.

Pada semester I 2019, ACES berhasil mengantongi pertumbuhan laba sebesar 11,34 persen dari Rp426 miliar menjadi Rp474,33 miliar. Kenaikan laba ditopang dari pertumbuhan penjualan sebesar 17,15 persen dari Rp3,38 triliun menjadi Rp3,96 triliun.

Pada periode yang sama, laba MAPI tumbuh sebesar 28,12 persen dari Rp389,71 miliar menjadi Rp499,31 miliar. Pengelola merek Starbucks, Krispy Kreme, Sports Station, dan Marks & Spencer itu meraup pendapatan senilai Rp10,01 triliun, naik 10,12 persen dari sebelumnya Rp9,09 triliun.

Sementara itu, Hans Kwee merekomendasikan saham-saham perusahaan yang bahan bakunya berasal dari produk impor, meliputi saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kedua unit usaha Grup Salim mengimpor gandum sebagai bahan baku produknya. Oleh sebab itu, penguatan rupiah diyakini bakal memberikan dampak positif bagi keuangan perusahaan.

Pekan lalu, saham INDF ditutup turun 0,66 persen ke Rp7.500 per saham. Tak jauh berbeda, saham ICBP melemah 2,73 persen ke level Rp11.600 per saham.


Selain itu, Hans juga menyarankan beli untuk saham di sektor farmasi, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF). Saham KLBF terpantau turun 0,59 persen ke Rp1.680 per saham dan saham INAF koreksi 0,56 persen ke posisi Rp1.790 per saham.

Akan tetapi, ia memprediksi saham-saham tersebut hanya mampu menguat terbatas. Dampak positif bakal tampak signifikan, apabila rupiah tembus ke posisi Rp13.500 per dolar AS.

"Jika rupiah di rentang Rp13.500-Rp14.00 akan menguntungkan perusahaan, tetapi cenderung terbatas," katanya. (agt)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2LU8pmt
via IFTTT

No comments:

Post a Comment