Sesuai proyeksi pemerintah, pendapatan negara pada akhir tahun nanti diharapkan bisa mencapai Rp2.030 triliun atau 93,8 persen dari target APBN yakni Rp2.165,1 triliun.
Sementara itu, belanja negara diproyeksi mencapai Rp2.341 triliun atau 95,1 persen dari targetnya yakni Rp2.461 triliun. Dengan demikian, defisit APBN pada akhir tahun diperkirakan menjadi 1,93 persen dari PDB atau melebar dari target 1,84 persen.
"Pemerintah berkomitmen memperbaiki kebijakan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tekanan global, dan sampai akhir tahun dengan instrumen fiskal kami bisa menjalankan APBN dengan baik," jelas Sri Mulyani, Kamis (3/10).
Dari sisi politik, DPR AS berencana untuk memakzulkan Presiden AS Donald Trump. Situasi ini, lanjut dia, ternyata adalah sebuah peristiwa yang juga dianggap besar di AS.
"Tentu kalau di AS sendiri besar, maka itu akan mempengaruhi sentimen dan confidence ( keyakinan pelaku pasar) dunia. Dampaknya memang besar ke seluruh dunia," jelas Sri Mulyani.
Di tengah tekanan yang kian memanas, ia masih berharap Indonesia masih punya daya tahan yang tinggi terhadap tekanan global. Menurutnya, salah satu upaya tersebut adalah dengan memperbaiki iklim investasi.
Sebelumnya, tekanan dalam bentuk perlambatan ekonomi global sudah mempengaruhi kinerja APBN hingga Agustus 2019.
Berdasarkan data Kemenkeu, ekonomi yang lamban membuat penerimaan pajak hanya Rp801,16 triliun atau tumbuh tipis 0,21 persen dibanding taun sebelumnya. Padahal, pertumbuhan penerimaan pajak di tahun sebelumnya bisa mencapai 16,52 persen.
Alhasil, hingga Agustus 2019, penerimaan negara berada di angka Rp1.189,3 triliun atau tumbuh 3,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp1.152,9 triliun.
[Gambas:Video CNN] (glh/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2nW44ri
via IFTTT
No comments:
Post a Comment