"Selama domestic demand (permintaan domestik) masih cukup kuat, mungkin kami bisa menetralkan (dampak ekonomi global)," kata Sri Mulyani seperti dikutip dari Antara, Kamis (17/10).
Konsumsi memang menjadi andalan utama penopang perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat porsi konsumsi rumah tangga mencapai 56 persen terhadap pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Risiko perlambatan ekonomi global sendiri sudah tercium oleh berbagai lembaga internasional. Salah satunya, Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) yang baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 sebesar 0,2 persen menjadi 3 persen. Menurut mantan direktur pelaksana Bank Duni ini, hal itu menandakan IMF sudah melihat risiko yang sudah terjadi dan menimpa negara berkembang dan negara maju.
Faktor penghambat laju ekonomi global di antaranya perang dagang dan ketegangan geopolitik.
"Jadi kami harus waspada dari sisi kondisi eksternal, ekspor kita (Indonesia) masih hadapi tekanan, dan itu juga pasti akan mempengaruhi pertumbuhan," katanya.
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tetap berada di kisaran lima persen.
[Gambas:Video CNN]
Sedangkan negara lain, menurut Sri Mulyani, mengalami penurunan ekonomi yang cukup tajam, seperti India yang hanya tumbuh 6,1 persen dari 7,3 persen.
Begitu juga China yang pertumbuhan ekonominya turun tajam di mana tahun ini diperkirakan hanya 6,1 persen dan tahun depan di bawah 6 persen.
from CNN Indonesia https://ift.tt/2P3MbSa
via IFTTT
No comments:
Post a Comment