Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.002 per dolar AS, melemah dibandingkan posisi Jumat, yakni Rp14.066 per dolar AS.
Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Tercatat, won Korea menguat 0,54 persen, lira Turki menguat 0,25 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,24 persen. Selanjutnya, rupee India menguat 0,14 persen, peso Filipina menguat 0,10 persen, yuan China menguat 0,07 persen, serta dolar Singapura menguat 0,04 persen.
Sementara, pelemahan terjadi pada baht Thailand sebesar 0,02 persen, dolar Hong Kong 0,03 persen, serta yen Jepang sebesar 0,18 persen terhadap dolar AS. Di negara maju, mayoritas nilai tukar melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris dan dolar Canada tercatat melemah dengan nilai masing-masing 0,01 dan 0,02 persen, disertai euro yang juga keok 0,07 persen.
Penguatan hanya dialami dolar Australia yang menguat sebesar 0,04 persen terhadap dolar AS. Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai penguatan rupiah diakibatkan sentimen dari pelaku pasar yang masih mengharapkan terjadinya perjanjian dagang antara AS dan China dalam waktu dekat ini.
"Sentimen positif karena harapan penandatanganan perjanjian dagang fase 1 AS dan China di bulan November mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com, Senin (4/11).
Namun, penguatan tersebut tertahan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi jangka waktu pinjaman AS selama 10 tahun. "Itu membuat rupiah kembali tertahan di atas level Rp14.000 terhadap dolar AS," pungkasnya.[Gambas:Video CNN] (ara/agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2ql3uUu
via IFTTT
No comments:
Post a Comment