Inflasi ini menurun tipis dari bulan sebelumnya sebesar 0,02 persen. Sementara secara tahun berjalan (year-to-date/ytd), inflasi sebesar 2,37 persen dan secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 3 persen pada November 2019.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan sumbangan inflasi berasal dari kelompok bahan makanan dengan andil 0,07 persen. Sementara tingkat inflasinya sebesar 0,37 persen.
"Inflasi disumbang oleh daging, tomat, ayam ras dan sayur-sayuran, meski ada deflasi dari cabai merah dan ikan segar," ucap Suhariyanto di Kantor BPS, Senin (2/12).
Andil inflasi juga disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,4 persen dengan inflasi 0,25 persen. Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,12 persen dan andil 0,03 persen."Harga rokok sudah mulai naik pelan-pelan, sepertinya pedagang di bawah mulai mengantisipasi kenaikan harga. Sementara perumahan karena andil harga sewa rumah," katanya.
Lalu, kelompok kesehatan andilnya 0,01 persen dengan inflasi 0,23 persen. Sementara andil kelompok sandang serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga andil inflasinya nol persen, namun tetap mengalami inflasi, masing-masing 0,23 persen dan 0,02 persen.
Hanya kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,07 persen dengan andil minus 0,01 persen."Ini karena turunnya tarif angkutan udara andilnya 0,02 persen, mungkin karena bukan peak season dan ada penurunan tiket yang tinggi di Tanjung Pandan dan Mamuju," jelasnya.
Berdasarkan wilayah, dari 82 kota IHK, inflasi terjadi di 57 kota, sementara 25 kota lainnya deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,3 persen dan terendah di Malang 0,01 persen. Sementara deflasi tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 1,06 persen dan terendah di Batam dan Denpasar 0,01 persen.
[Gambas:Video CNN]
(uli/agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/35Ud0h3
via IFTTT
No comments:
Post a Comment