Optimisme ini bukan isapan jempol, mengingat pertumbuhan kelas menengah di Asia yang pesat dalam 20 tahun terakhir. Demikian laporan McKinsey Global Institute yang bertajuk Asia's Future is now yang dirilis pada Juli 2019.
Dalam laporan tersebut, McKinsey menyebut jumlah populasi kelas menengah di Asia telah bertambah sekitar 1,2 miliar orang dalam dua dekade terakhir.
Dengan laju pertumbuhan itu, tingkat kemiskinan berhasil ditekan signifikan. Diperkirakan jumlah populasi kelas menengah tersebut akan mencapai 3 miliar orang pada 2030.
China akan menjadi salah satu negara yang menyumbang populasi kelas menengah terbanyak di Asia. Peningkatan populasi kelas menengah di China terjadi karena perkembangan industri dan meningkatnya konsumsi di perkotaan.
Pada 2018, konsumsi 30 juta masyarakat China telah menyumbang sekitar sepertiga pengeluaran barang-barang mewah di negara tersebut. McKinsey memproyeksikan pengeluaran kelas ini akan naik hampir dua kali lipat pada 2025.
"Pembelian barang mewah di China sangat dipengaruhi oleh tren media dan keinginan mereka untuk dilihat," tulis McKinsey, dikutip pada Selasa (16/7).
Selain China, negara-negara di kawasan Asia Selatan, seperti India, termasuk Indonesia juga menjadi negara penyumbang populasi kelas menengah terbanyak di Asia. India, misalnya, rata-rata pengeluaran masyarakatnya untuk keperluan sandang telah meningkat dari US$40 per orang pada 2007 menjadi US$64 pada 2017.
[Gambas:Video CNN]
Kemudian, data mencatat ada peningkatan jumlah kelas menengah sekitar 80 juta rumah tangga di Asia Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Proyeksinya, kalangan menengah ini akan meningkat menjadi 163 juta rumah tangga pada 2030.
Sementara, populasi kelas menengah di Indonesia diperkirakan akan meningkat sekitar puluhan juta dalam satu dekade ke depan.
(uli/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2GgEEul
via IFTTT
No comments:
Post a Comment