Padahal, ia masih harus menempuh perjalanan panjang untuk mengantarkan penumpangnya sampai ke tempat tujuan. Beruntung, tak jauh dari lokasinya berada, ia menemukan tempat penjualan bensin eceran alias Pertamini.
Ia pun bergegas mampir dan mengisi bahan bakar di Pertamini tersebut, kemudian melanjutkan pekerjaannya mengantarkan penumpang. Deden mengaku keberadaan Pertamini baginya dan mungkin pengemudi lain memang sangat membantu.
Ketika situasi darurat, Pertamini selalu menjadi andalan. "Tapi ya, begitu. Saya beli di Pertamini kalau posisi betul-betul terpaksa dan pom bensin masih jauh," katanya kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Maklum kata Deden, harga BBM yang dijual di Pertamini selisih cukup jauh dibandingkan dengan yang di SPBU.
Ia juga memperkirakan volume yang dikeluarkan tidak penuh. Tak hanya bagi Deden, manfaat keberadaan Pertamini juga dirasakan langsung oleh pengelola penjual bensin eceran tersebut Regi. Lelaki berusia 48 tahun yang sudah mengelola Pertamini sejak lima tahun lalu di Kawasan Matraman, Jakarta Timur, tersebut mengaku usaha jualan bensin eceran tersebut cukup memberikan penghasilan yang menjanjikan.
Maklum, sehari ia bisa menjual sekitar 100 liter bahan bakar berbagai jenis. Dengan asumsi harga BBM untuk jenis premium Rp10 ribu per liter dan harga jual Pertamina yang hanya Rp7.650, ia mendapatkan keuntungan Rp235 ribu per hari.
Keuntungan tersebut, katanya, cukup untuk membiayai biaya hidup keluarga dan pendidikan anaknya. Meskipun memberikan manfaat, keberadaan Pertamini tak lepas dari sorotan.
Sorotan datang dari Dirut Pertamina Nicke Widyawati. Sorotan diberikan terkait aspek keselamatan Pertamini.
[Gambas:Video CNN]
Ia mengatakan bahwa aspek keselamatan Pertamini minim. "Standar (Pertamini) tidak memenuhi standar Direktorat Jenderal Minyak dan Gas. Kadang-kadang hanya meja dan botol. Padahal, standarnya luar biasa ketat," ujarnya belum lama ini.
Meskipun demikian, ia mengaku Pertamina tidak mempunyai daya untuk menertibkan keberadaan Pertamini.
Atas dasar itulah, ia mengatakan aparat penegak hukum perlu perlu dilibatkan dalam penertiban tersebut. Susilo (34), seorang pemilik Pertamini di Kawasan Palmerah, Jakarta Selatan, mengatakan keberatan dengan penertiban tersebut.
Menurutnya, kalau memang Pertamini dianggap membahayakan, kenapa mesin digital Pertamini bisa dijual online secara bebas. Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di beberapa marketplace, mesin Pertamini mudah ditemukan.
Tinggal memasukkan kata kunci Pom Mini atau Pertamini, maka akan muncul berbagai pilihan. Harganya pun variatif, mulai dari Rp5 juta untuk mesin manual hingga Rp13 juta untuk mesin digital. Tak hanya paket mesin lengkap, masyarakat bisa menemukan onderdil Pertamini, seperti Nozzle hingga selang.
"Kenapa kok kalau berbahaya ada yang membuat. Berarti yang bermasalah itu yang membuat," katanya.
Selain mesin, Susilo juga mempermasalahkan sikap SPBU. Menurutnya, kalau benar penjual bensin eceran di Pertamini dianggap membahayakan kenapa SPBU memperbolehkan pengecer untuk membeli BBM yang akan dijual di SPBU.
(agt)from CNN Indonesia https://ift.tt/32HM82Q
via IFTTT
No comments:
Post a Comment