Pages

Friday, July 26, 2019

Sikap Moneter Bank Sentral Eropa Tak Ancam Investasi RI

Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai sikap Bank Sentral Eropa (ECB) yang masih enggan melonggarkan kebijakan moneter tak akan menyurutkan aliran modal asing ke Indonesia. Pasalnya, kondisi fundamental ekonomi domestik masih baik, imbal hasil pun masih menarik.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan ECB untuk tidak menurunkan suku bunga acuan tentu meningkatkan imbal hasil surat utang Eropa. Hal ini akan membuat investor berbondong-bondong masuk ke Eropa karena dianggap lebih menjanjikan.

Kebijakan ECB bertolak belakang dengan keputusan BI yang menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 basis poin pada Juli 2019. Hal itu tentu menyusutkan imbal hasil instrumen investasi di Indonesia, sehingga berpotensi tak dilirik oleh investor.

Kendati begitu, faktor makroekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi dianggap masih menunjukkan hasil yang baik. Hal itu bisa memberi jaminan bagi investor agar percaya diri menanamkan modalnya di Indonesia.


Pertumbuhan ekonomi tahun ini diramal berada pada rentang 5 persen-5,4 persen, sementara inflasi berada di dalam rentang 3 persen-3,5 persen.

"Kami yakin inflow akan terus masuk dan prospek ekonomi baik, sehingga ini tetap bisa membawa imbal hasil yang juga menarik," jelas Perry, Jumat (26/7).

Aliran modal masuk, lanjut dia, diharapkan masih bisa menopang stabilitas nilai tukar rupiah karena hal itu tentu akan meningkatkan permintaan rupiah.

Terlebih, Perry mengatakan, arus modal asing masuk memang terbilang mumpuni sejak awal tahun. Hingga 25 Juli 2019, BI mencatat aliran modal masuk sebesar Rp192,5 triliun secara tahun kalender yang terdiri atas, transaksi Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp119,3 triliun dan Rp72,2 triliun dari transaksi saham.


Sentimen ECB memang sempat mempengaruhi nilai tukar hari ini. Namun, Perry bilang, hal itu lebih disebabkan oleh faktor teknikal ketimbang fundamental. Terlebih, eksportir sedang giat menyuplai dolar AS di pasar valas.

"Kemarin memang ada risiko Brexit yang meningkat setelah Perdana Menteri Inggris baru Boris Johnson adalah pro Brexit dan berniat mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa dengan no-deal Brexit. Ada juga risiko dari Bank Sentral Eropa, tapi mekanisme supply dan demand rupiah masih baik," ungkap dia.

Kemarin, Bank Sentral Eropa memutuskan untuk menahan suku bunga acuan. Bahkan, kebijakan ini masih akan dipertahankan setidaknya hingga semester I 2020 mendatang. Padahal sebelumnya, banyak spekulasi yang mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa akan menurunkan suku bunga acuan setidaknya pada September mendatang.

[Gambas:Video CNN] (glh/lav)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2Z9bZyC
via IFTTT

No comments:

Post a Comment