Pagi hari ini, sebagian besar mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menguat 0,04 persen, dolar Singapura menguat 0,07 persen, baht Thailand menguat 0,07 persen, dan yen Jepang menguat 0,29 persen. Sementara itu, peso Filipina melemah 0,35 persen, won Korea Selatan melemah 0,48 persen dan dolar Hong Kong melemah 0,02 persen.
Kemudian, mata uang negara maju juga menguat terhadap dolar AS. Euro menguat 0,18 persen terhadap dolar AS dan poundsterling Inggris menguat 0,05 persen, namun dolar Australia tak bergerak melawan dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan risiko perang dagang kembali mencuat setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk membebani bea masuk impor bagi produk China senilai US$300 miliar.
Risiko perang dagang ini baru saja dilancarkan Trump setelah bank sentral AS The Fed menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin.
Hanya saja, pelemahan rupiah tertahan akibat data ekonomi AS yang melandai. Dikutip dari Reuters, indeks dolar AS sempat melemah lantaran data ketenagakerjaan AS hanya melansir jumlah pekerjaan baru meningkat 164 ribu pekerja atau melambat dibanding Juni yakni 224 ribu pekerja.
Sejatinya, penurunan tenaga kerja ini bikin pelaku pasar meramal bahwa bank sentral AS The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya pada September mendatang.
"Sehingga pada Senin rupiah akan ditransaksikan di level Rp14.180 hingga Rp14.240 per dolar AS," ucap Ibrahim, Senin (5/8).
[Gambas:Video CNN] (glh/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/33bsJHQ
via IFTTT
No comments:
Post a Comment