Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Dolar Singapura menguat 0,02 persen, won Korea Selatan menguat 0,03 persen, yen Jepang menguat 0,07 persen, baht Thailand menguat 0,07 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,16 persen.
Sementara itu, terdapat mata uang Asia yang melemah seperti dolar Hong Kong sebesar 0,01 persen dan peso Filipina sebesar 0,19 persen.
Mata uang negara maju seperti dolar Australia melemah 0,16 persen terhadap dolar AS. Namun, poundsterling Inggris dan euro masing-masing menguat 0,03 persen dan 0,09 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelaku pasar sejatinya mengantisipasi kebijakan penetapan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank of England pada Kamis (19/9) waktu setempat. Hanya saja, bank sentral Inggris ternyata menetapkan suku bunga acuan sebesar 0,75 persen.Padahal, analis memperkirakan Inggris akan menurunkan suku bunga acuannya dalam mengantisipasi dampak ekonomi atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan mengikuti jejak bank sentral AS The Fed yang sudah menurunkan suku bunga acuannya ke 1,75 persen hingga 2 persen.
Tak hanya Inggris, Bank Nasional Swiss juga menetapkan suku bunga acuannya di angka minus 0,75 persen.
Meski demikian, masih ada peluang rupiah menguat didukung data internal seperti keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) menjadi 5,25 persen. Faktor ini sempat menjadi sentimen penguatan rupiah kemarin.
"Dalam transaksi akhir pekan rupiah masih akan menguat di range Rp14.035 hingga Rp14.110 per dolar AS," jelas Ibrahim, Jumat (20/9).
[Gambas:Video CNN] (glh/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2M1RH4J
via IFTTT
No comments:
Post a Comment