TOP TALKS
Yuli Yanna Fauzie, CNN Indonesia | Rabu, 04/09/2019 08:22 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Perjalanan karir kadang bisa berawal dari hobi. Tak terkecuali bagi Triawan Munaf. Ia berhasil menduduki jabatan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) berkat hobinya pada dunia seni.Sebelum menduduki jabatan itu, pria kelahiran Bandung, 28 November 1958 itu menjalani karir di bidang seninya setapak demi setapak. Karir dimulai pada era 1970-an dengan menjadi keybordist dan vokalis band Giant Step.
Kala itu, Triawan dan bandnya menawarkan aliran musik progressive rock. Salah satu single andalannya 'Geregetan'. Single tersebut kemudian diaransemen ulang oleh anaknya, Sherina Munaf yang juga musisi kenamaan tanah air.
Lepas menjadi anak band, Triawan melanjutkan petualangan hobi seninya ke bisnis portal musik bertajuk Independent Music Portal alias IM:port. Dengan menggandeng Anang Hermansyah dan Indra Lesmana ia mendirikan portal musik yang bisa dinaungi oleh para musisi Indonesia.
Selang beberapa tahun, ia terus melebarkan ketertarikannya di bidang seni ke dunia ekonomi kreatif dengan membentuk perusahaan periklanan bernama Euro RSCG Adwork. Perusahaan ini yang kemudian menjadi jembatannya untuk berkiprah di dunia politik dan membuat karirnya kian berkibar.
Maklum, melalui Adwork, ia berhasil menciptakan karya ikonis yang tenar sampai saat ini; logo 'Moncong Putih'. Logo tersebut menjadi simbol Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan alias PDIP.
[Gambas:Video CNN]
Setelah kecemerlangan itu, karir politik yang membawa Triawan ke kursi empuknya sekarang kian berkibar. Pada masa Pemilihan Presiden 2014, ia didapuk menjadi ketua tim kreatif kampanye Joko Widido-Jusuf Kalla pada 2014 lalu.
Lepas terpilih menjadi Presiden pada 2014 lalu, Jokowi menunjuk Triawan menjadi Kepala Bekraf. Bekraf merupakan lembaga baru yang dibentuk Presiden Jokowi untuk membantunya merumuskan, menetapkan kebijakan ekonomi kreatif.
Seperti apa liku- liku perjalanan karir Triawan, terutama saat menjadi Kepala Bekraf? Berikut cuplikan wawancara khusus CNNIndonesia.com dengan Triawan.
Anda menjadi kepala Badan Ekonomi Kreatif yang merupakan lembaga baru. Pasti banyak tantangan di masa baru memimpin, bisa diceritakan?
Itu yang menjadi masa-masa terberat saya dan tim yang saya rekrut. Karena ini badan baru, di tahun pertama dan kedua, saya harus membentuk sistem, birokrasi, struktur di Badan Ekonomi Kreatif ini. Kami notabenenya baru di birokrasi. Beruntung, dengan dibantu oleh teman-teman birokrasi yang luar biasa kerjanya, mereka mau menyesuaikan diri dengan kami.
Dengan proses dan rekrutmen yang ketat, saya lakukan pembentukan sistem, birokrasi, struktur di Badan Ekonomi Kreatif ini.
Dari sisi anggaran juga. Penggunaan anggaran negara kan semua harus mengikuti birokrasi baik penyelenggaraannya, perencanaan, pelaksanaan maupun pelaporannya. Semua itu ternyata berat sekali untuk saya. Sampai- sampai, untuk laporan keuangan saja, pada tahun pertama, laporan keuangan kami mendapatkan penilaian disclaimer dari BPK. Itu buruk sekali.
Beruntung, tahun kedua, kami bisa langsung lompat jadi yang terbaik dengan mendapatkan penilaian wajar tanpa pengecualian. Tahun ketiga, kami juga mendapatkan penilaian wajar tanpa pengecualian.
Apa rahasia kepemimpinan Anda sehingga dalam waktu yang tidak lama tersebut bisa membalikkan keadaan itu?Sebaik-baiknya pemimpin adalah yang kalau punya anak buah bisa lebih baik dari dirinya. Artinya apa? Kita memberikan kesempatan kepada anak buah. Jangan kita merasa terancam kalau ada orang yang lebih pintar daripada kita. Justru anak buah yang lebih pintar itu yang kita butuhkan, karena mungkin mereka lebih berbakat, lebih giat, nasibnya lebih bagus. Jangan kita tutup kemungkinan itu.Selain itu, jujur, lurus, jangan korupsi. Korupsi itu saya paling benci, jangan mark up, jangan bikin hal-hal yang fiktif, saya tidak suka. Ikuti saja aturan yang ada. Memang kadang dengan aturan kita bisa menyembunyikan maksud yang kurang baik. Tapi saya maunya semuanya baik, pelaksanaannya secara administrasi dan pekerjaannya juga baik. Ada outcome, bukan sekadar menggunakan anggaran, tapi kegiatannya itu harus ada outcome yang harus menghasilkan.
O iya, selain masalah pembentukan birokrasi, sistem dan lain sebagainya tadi, ada tantangan lain yang Anda hadapi ketika awal-awal di Bekraf?Soal pemahaman mengenai ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif itu ekonomi dari imajinasi. Hari ini tidak ada, sore nanti jadi lagu. Jadi harus diproteksi dan monetisasi. Itu tantangannya.Sebenarnya ekonomi kreatif sudah menjadi perhatian sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat Ibu Mari Elka Pangestu menjadi menteri perdagangan dibentuk ekonomi kreatif juga. Ada direktur jenderal kalau tidak salah, yang kemudian berubah menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Ibu Mari juga jadi menteri-nya.
Tapi, ternyata banyak yang belum paham apakah itu ekonomi kreatif. Termasuk Ibu Menteri Keuangan. Alhamdulillah, sekarang dia paham sekali. Pemahaman itu bagus untuk Badan Ekonomi Kreatif karena Beliau adalah orang yang paling menentukan dalam menentukan anggaran.
Beliau sadar kalau ekonomi kreatif harus disokong oleh anggaran yang mencukupi karena Indonesia luas. Kalau tidak ada pemahaman dari kementerian lain tentang pentingnya ekonomi kreatif kan sulit.
Makanya kalau sekarang presidennya sudah paham, menterinya sudah paham, sekarang tinggal ada pemilahan, harus pintar milih yang bagus sampai yang kurang bagus. (agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2ZEFufg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment