Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Baht Thailand menguat 0,02 persen, yen Jepang menguat 0,04 persen, dolar Singapura menguat 0,04 persen, ringgit Malaysia menguat 0,09 persen, dan won Korea Selatan menguat 0,44 persen.
Di kawasan Asia, hanya dolar Hong Kong yang melemah terhadap dolar AS dengan nilai pelemahan 0,01 persen.
Pergerakan mata uang negara maju cenderung bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris dan dolar Australia masing-masing menguat 0,06 persen dan 0,01 persen terhadap dolar AS. Namun, euro tercatat stagnan menghadapi mata uang Paman Sam.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan fokus pelaku pasar seharian kemarin adalah pemungutan suara parlemen Inggris untuk memblokir Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam mengejar keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kompensasi apapun (No-deal Brexit).
Namun, voting House of Commons Selasa kemarin menolak keinginan Johnson yang tidak mau bernegosiasi dengan Uni Eeopa. Sehingga parlemen Inggris akan merundingkan kembali soal kemungkinan no-deal Brexit dan memperpanjang tenggat waktu Brexit dari Oktober 2019 menjadi Januari 2020."Johnson telah menjelaskan bahwa jika pemerintah dikalahkan, parlemen akan mengadakan pemungutan suara pada hari Rabu (waktu setempat)," jelasnya, Rabu (4/9).
Sentimen positif juga menghampiri rupiah setelah data manufaktur AS melambat pada Agustus lalu. Kontraksi ini merupakan yang pertama kali dalam tiga tahun terakhir.
Hanya saja, perang dagang antara AS dan China diperkirakan masih mempengaruhi rupiah. Apalagi, China sudah menggugat AS ke badan perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO)."Dalam perdagangan hari ini, rupiah masih akan berfluktuatif, kecendrungan melemah, di dalam eange Rp14.200 hingga Rp14.256 per dolar AS," papar dia.
[Gambas:Video CNN] (glh/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/34nQxsy
via IFTTT
No comments:
Post a Comment