Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Baht Thailand melemah 0,02 persen, dolar Hong Kong melemah 0,03 persen, dolar Singapura melemah 0,05 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,25 persen.
Sementara itu, yen Jepang menguat 0,05 persen dan ringgit Malaysia menguat 0,07 persen. Mata uang negara maju seperti dolar Australia menguat 0,04 persen terhadap dolar AS, namun poundsterling Inggris menguat 0,02 persen dan euro menguat 0,04 persen terhadap dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelaku pasar menantikan rilis data penting dari AS, yakni angka final pertumbuhan kuartal II 2019. Hanya saja, pada Kamis (26/9) kemarin, AS tidak mengubah realisasi pertumbuhan ekonominya, sehingga angka pertumbuhan ekonomi AS tetap 2 persen.
Kemudian, indeks dolar AS juga menguat lantaran kondisi politik yang menghangat di AS. Beberapa hari yang lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS yang didominasi Partai Demokrat resmi mengajukan proposal pemakzulan terhadap Presiden AS Donald Trump.Tak hanya itu, indeks dolar AS juga menguat setelah euro lunglai karena ketidakjelasan masa depan perceraian Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
"Sehingga dalam perdagangan akhir pekan, rupiah memang dibuka melemah, tetapi bisa ditutup menguat tipis dengan kisaran Rp14.130 hingga Rp14.190 per dolar AS," jelas Ibrahim.
[Gambas:Video CNN]
(glh/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2n28ig0
via IFTTT
No comments:
Post a Comment