Mengutip Antara, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) menguat US$0,69 atau 1,2 persen ke level US$57,23 per barel dan Brent naik US$0,83 atau 1,3 persen jadi US$62,96 per barel.
Kesepakatan perang dagang AS dan China yang rencananya diteken bulan ini memberikan harapan kepada pasar terhadap kondisi perdagangan di global. Pasar berharap AS bisa menurunkan kembali beberapa tarif impor China yang sebelumnya dinaikkan.
Kemudian, Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo berpendapat prospek pasar minyak pada 2020 bisa jadi lebih cerah dari perkiraan sebelumnya. OPEC dan sekutunya akan melakukan pertemuan bulan depan untuk membicarakan pengurangan produksi yang lebih besar.
Menteri Perminyakan Iran memperkirakan pengurangan produksi lebih dalam bisa disepakati pada Desember 2019. Sejumlah pihak meramalkan produksi minyak mentah dan cairan lainnya turun menjadi 32,8 juta barel per hari pada 2024.Sementara, kepala perusahaan konsultan energi FGE memprediksi pertumbuhan permintaan minyak Asia naik dua kali lipat menjadi 815.000 barel per hari. Beberapa ramalan ini jelas menjadi sentimen positif bagi harga minyak dunia.
Belum lagi, beberapa sentimen sebelumnya masih diapresiasi pasar. Sejumlah sentimen itu, yakni pemangkasan suku bunga acuan The Fed, pelemahan dolar AS, dan pertumbuhan lapangan kerja AS pada Oktober 2019.
Terpantau, harga minyak berada di zona hijau sejak akhir pekan lalu. Pada perdagangan Senin (4/11), harga minyak WTI menguat US$0,34 atau 0,6 persen ke level US$56,54 per barel dan Brent naik US$0,44 atau 0,7 persen jadi US$62,13 per barel.
[Gambas:Video CNN]
(aud/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/34royYq
via IFTTT
No comments:
Post a Comment