Sumber dari Reuters, Selasa (1/10), menyebut usulan menghapus perusahaan China dari papan bursa saham AS sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran keamanan dalam Pemerintahan Trump atas kegiatan perusahaan China di Negeri Paman Sam.
Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro membantah informasi tersebut dan mengatakan lebih dari setengah informasi tersebut sangat tidak akurat atau hanya palsu.
"Kisah itu, yang muncul di Bloomberg: Saya sudah membacanya jauh lebih hati-hati daripada yang ditulis," ujar Navarro kepada CNBC.
Sejak isu mengenai pengusiran tersebut, saham China di bursa AS, seperti Alibaba Group Holding Ltd (BABA.N) dan JD.Com Inc (JD.O) masing-masing turun lebih dari 5 persen pada Jumat (27/9), sebelum akhirnya naik 2 persen pada awal perdagangan.Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menyampaikan tanggapan dari Departemen Keuangan AS bahwa saat ini tidak ada rencana AS untuk mengusir perusahaan China.
"Memberikan tekanan lebih dan berusaha memisahkan secara paksa hubungan China-AS akan merusak kepentingan perusahaan dan orang-orang China dan AS, menciptakan kekacauan di pasar keuangan, serta membahayakan perdagangan global, serta pertumbuhan ekonomi," imbuh Geng.
Diketahui, China dan AS akan kembali melakukan negosiasi untuk mencari peluang mengakhiri perang dagang pada pekan depan.Perang dagang membuat masing-masing pihak telah menetapkan tarif terhadap satu sama lain bernilai hingga ratusan miliar dolar. Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen berharap kedua belah pihak dapat menyelesaikan sengketa perdagangan dengan sikap tenang dan rasional.
[Gambas:Video CNN]
(hns/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2o0Np5o
via IFTTT
No comments:
Post a Comment