Pages

Friday, October 4, 2019

Ekonomi AS Lesu, Rupiah Menguat ke Rp14.138 per Dolar AS

Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp14.138 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (4/10) sore. Posisi ini menguat 0,24 persen dibanding penutupan pada Kamis (3/10), yakni Rp14.172 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.135 per dolar AS atau menguat dibanding kemarin, yakni Rp14.193 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah berada di dalam rentang Rp14.124 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.

Sore hari ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Peso Filipina menguat 0,02 persen, ringgit Malaysia menguat 0,04 persen, dolar Singapura menguat 0,06 persen, dan yen Jepang menguat 0,13 persen.

Kemudian, baht Thailand menguat 0,31 persen dan won Korea Selatan menguat 0,71 persen. Di sisi lain, terdapat mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS, seperti dolar Hong Kong sebesar 0,02 persen, rupee India sebesar 0,09 persen, dan yuan China sebesar 0,36 persen.

Mata uang negara maju juga tercatat menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,04 persen, euro menguat 0,1 persen, dan dolar Australia menguat 0,22 persen.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut penguatan rupiah di akhir pekan disebabkan oleh pesimisme pelaku pasar atas ekonomi AS. Bahkan, beberapa pelaku pasar khawatir ekonomi AS bisa jatuh ke resesi.

Dalam beberapa waktu terakhir, indikator ekonomi AS tengah tak mujur. Pertama, data Institute for Supply Management menunjukkan indeks manufaktur AS berada di angka 47,8 pada September, yang merupakan level terendah dalam 10 tahun terakhir.

Kedua, laporan ketenagakerjaan nasional versi Automatic Data Proccessing (ADP) menunjukkan bahwa perusahaan swasta hanya menambah 135 ribu pekerjaan pada September atau lebih rendah dibanding data Agustus, yakni 157 ribu pekerjaan.

Ketiga, Institute for Supply Management pada Kamis (4/10) juga mencatat indeks jasa AS pada September di angka 52,6 atau turun dibanding bulan sebelumnya, yakni 56,4.

Hal ini membuat pelaku pasar yakin bahwa bank sentral AS The Fed akan kembali menurunkan suku bunga acuannya pada pertemuan komite pasar federal terbuka (FOMC) bulan ini.
[Gambas:Video CNN]
"Mengutip CME Fedwatch, peluang penurunan Fed Rate sebesar 25 basis poin pada bulan ini mencapai 90,3 persen. Padahal, sepekan lalu kemungkinannya hanya 49,2 persen," jelas Ibrahim, Jumat (4/10).

Kemudian, pelaku pasar juga mengantisipasi perkembangan perang dagang antara AS dan China menjelang pertemuan tingkat tinggi pada bulan ini. "Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa delegasi China akan datang di Washington DC pada pekan depan," terang dia.


(glh/bir)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2LNW0lz
via IFTTT

No comments:

Post a Comment