Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent terkoreksi 2 persen menjadi US$57,69 per barel. Lalu, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun 1,8 persen ke level US$52,64 per barel.
Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat persediaan minyak mentah AS meningkat 3,1 juta barel pekan lalu. Angka itu jauh lebih tinggi dari ekspektasi analis yang hanya 1,6 juta barel.
Sementara, sektor manufaktur AS juga turun pada September 2019. Ekspor Negeri Paman Sam turun terpengaruh oleh situasi perang dagang AS dan China.
Pada perdagangan Selasa (1/10) kemarin, harga minyak berjangka WTI melemah dalam sesi keenam berturut-turut. Pelemahan data manufaktur AS menjadi pemicu utama turunnya minyak WTI.
"Bahkan selama 12 hari harga minyak WTI melemah dan mencapai titik jenuh jual (oversold)," kata Wakil Presiden Eksekutif Powerhouse.
Selain itu, ketegangan politik di Timur Tengah menambah sentimen negatif bagi harga minyak mentah dunia. Situasi politik semakin tak kondusif setelah Arab Saudi menyalahkan Iran atas serangan fasilitas minyak pada 14 September 2019 kemarin. Namun, tuduhan itu sudah dibantah oleh pihak Iran.
[Gambas:Video CNN] (aud/agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2oHPh37
via IFTTT
No comments:
Post a Comment