Mengutip Antara, harga minyak mentah berjangka Brent terkoreksi US$0,11 ke level US$58,24 per barel. Lalu, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) melemah US$0,12 menjadi US$52,63 per barel.
Investor dinilai lebih berhati-hati menjelang pertemuan pihak AS dan China pada Kamis (10/10) besok yang akan membicarakan perdagangan antar kedua negara lebih lanjut. Presiden AS Donald Trump sempat menyatakan negaranya akan segera melakukan kesepakatan perdagangan dengan China.
AS disebut-sebut akan fokus pada pembahasan aliran modal ke China, terutama terkait investasi yang akan dilakukan oleh dana pensiun pemerintah AS ke China.
Sementara itu, pergerakan harga minyak dunia juga terpengaruh oleh kenaikan pasokan di AS. Data American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah di Negeri Paman Sam meningkat 4,1 juta barel per 4 Oktober 2019.
Ditambah, Badan Informasi Energi AS merevisi prediksi permintaan minyak tahun depan. Lembaga itu memangkas pertumbuhan permintaan minyak sebesar 100 ribu barel per hari menjadi 1,3 juta barel.
"Pasar minyak akan dipaksa untuk fokus pada penurunan permintaan minyak global," ungkap Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch, dikutip dari Antara, Rabu (9/10).
Sentimen negatif lainnya bagi harga minyak dunia, yakni penurunan harga di produsen AS pada bulan lalu. Hal tersebut akan memberikan ruang bagi The Fed untuk memangkas lagi suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
[Gambas:Video CNN]
Sementara itu, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan perlambatan ekonomi global berpotensi lebih parah jika tak ada penyelesaian konflik perdagangan yang saat ini sedang terjadi di beberapa negara, seperti AS dengan China dan AS dengan Uni Eropa.
Senada, Analis Minyak UBS Giovanni Staunovo berpendapat investor akan terus memantau situasi perdagangan dunia. Pasalnya, hal itu akan mempengaruhi permintaan minyak. (aud/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2oukeIz
via IFTTT
No comments:
Post a Comment