Mengutip Antara, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$0,02 ke level US$58,35 per barel. Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) melemah US$0,06 menjadi US$52,75 per barel.
Penjualan enam kontrak berjangka minyak dan dan opsi lainnya yang terkait dengan pergerakan harga minyak terus menurun dalam empat bulan terakhir. Diketahui, transaksi lindung nilai (hedge fund) dan pengelola dana (fund manager) lainnya hanya menjual setara dengan 96 juta barel. Hal ini menunjukkan permintaan minyak global yang sedang melemah.
Sementara itu, survei S&P Global Platts memperlihatkan bahwa jumlah produksi minyak mentah oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) anjlok pada September 2019. Bahkan, penurunannya menjadi yang terburuk dalam 17 tahun terakhir.
Tercatat, produksi minyak OPEC per September 2019 turun 1,48 juta barel per hari (bph) menjadi 28,45 juta bph. Hal ini merupakan dampak dari serangan pesawat tanpa awak (drone) terhadap fasilitas minyak Arab Saudi, serta sanksi yang diberikan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan Venezuela.
Sebagai informasi, harga minyak mentah dunia akhir-akhir terpantau bergerak fluktuasi. Pada Jumat (4/10) kemarin, harga minyak sebenarnya sempat bangkit (rebound).
Harga minyak mentah berjangka Brent tercatat menguat US$0,66 ke level US$58,37 per barel. Kemudian, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,36 menjadi US$52,81 per barel.
Kenaikan ini dipengaruhi oleh data AS yang cukup positif, yakni menurunnya jumlah pengangguran menjadi 3,5 persen per September 2019. Realisasi itu merupakan tingkat pengangguran terendah dalam 50 tahun terakhir.
[Gambas:Video CNN]
(aud/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2Our4si
via IFTTT
No comments:
Post a Comment