Pages

Sunday, September 1, 2019

Kenaikan Uang Sekolah Picu Inflasi Agustus 0,12 Persen

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat harga mengalami inflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan pada Agustus 2019. Inflasi tercatat 2,48 persen pada periode Januari-Agustus, dan secara tahunan sebesar 3,49 persen.

"Melihat angka (inflasi) tahunan ini kita bisa simpulkan angkanya masih terkendali karena targetnya 3,5 persen. Tentunya, kami berharap inflasi di bulan-bulan berikutnya tetap terkendali," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (2/9).

Kondisi tingkat harga pada Agustus 2019 berbeda dibandingkan Agustus 2018 lalu yang tercatat deflasi 0,05 persen.

Ia merinci, inflasi tertinggi bulan lalu terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar mengalami inflasi sebesar 1,21 persen dengan andil 0,09 persen.

"Penyebabnya adalah kenaikan uang sekolah SD 0,04 persen dan uang sekolah SMP dan SMA sebesar 0,02 persen, serta perguruan tinggi sebesar 0,01 persen," jelasnya.

Lalu, inflasi kelompok sandang sebesar 0,88 persen dengan andil 0,66 persen. Pemicunya adalah kenaikan harga emas dan perhiasan yang mengalami inflasi 0,05 persen.

"Kenaikan harga emas ini akan mengikuti kenaikan harga emas di pasar internasional. Karena ketidakpastian ekonomi global sehingga masyarat beralih pada investasi emas," tutur dia.

Lalu, kelompok inflasi kelompok kesehatan tercatat sebesar 0,59 persen dengan andil 0,02 persen.

Berikutnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat inflasi sebesar 0,26 persen dengan andil 0,05 persen.

Inflasi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,23 persen dengan andil 0,06 persen terhadap total inflasi.

Sementara itu, untuk kelompok bahan makanan tercatat deflasi sebesar 0,19 persen dengan andil 0,06 persen. Beberapa komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi kelompok bahan makanan adalah bawang merah, bawang putih, dan daging ayam ras.

"Harga bawang merah mengalami penurunan karena sedang panen raya di beberapa sentra seperti di Bima dan Nganjuk," imbuh Suhariyanto.

Namun, inflasi masih terjadi pada cabai merah sebesar 0,1 persen akibat penurunan suplai cabai merah di beberapa sentra produksi karena kemarau yang sangat panjang. Kenaikan harga juga terjadi pada harga cabai rawit.

Deflasi juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,55 persen dengan andil 0,1 persen. Berdasarkan komponen penyumbang, komponen inti mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,43 persen.

Di sisi lain, komponen harga pangan bergejolak (volatile foods) merupakan deflasi 0,25 persen. Lalu, komponen tingkat harga yang diatur pemerintah (administered price) juga deflasi 0,4 persen.

Suhariyanto menilai daya beli masyarakat masih cukup baik mengingat, secara tahunan, inflasi inti masih di atas 3 persen yaitu 3,3 persen.
[Gambas:Video CNN]
Berdasarkan wilayah, dari 82 kota IHK, inflasi terjadi di 44 kota dengan inflasi tertinggi di Kudus sebesar 0,82 persen dan inflasi terendah di Tasikmalaya, Madiun dan Pare-pare sebesar 0,04 persen.

Sedangkan 38 kota lainnya mengalami deflasi yaitu yang tertinggi di Bau-bau sebesar 2,1 persen dan deflasi terendah terjadi di Tegal dan Palopo sebesar 0,02 persen.

(sfr/bir)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2lkmobJ
via IFTTT

No comments:

Post a Comment