Padahal, Pepsi bukan barang baru di Indonesia. Minuman itu sudah diproduksi di dalam negeri sejak 1996 silam. Artinya, warga Indonesia sudah dimanjakan oleh minuman tersebut sejak 23 tahun lalu.
Mengulas sedikit mengenai keberadaan Pepsi di Indonesia, minuman itu hadir di bawah naungan PT Pepsi Indobeverages. Perusahaan tersebut merupakan hasil kerja sama PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan PepsiCo AS.
Indofood CBP Sukses Makmur mendirikan pabrik Pepsi di Purwakarta, Jawa Barat pada 1995 silam. Kemudian, produksi baru dimulai pada tahun selanjutnya, yakni pada 1996. Di sini, pabrik itu tak hanya memproduksi satu jenis minuman, tapi beberapa jenis lain yang bisa menjadi pilihan masyarakat. Sejumlah produk yang dimaksud, yaitu Pepsi Regular, Pepsi Blue, Pepsi Twist, Pepsi Cola, Mirinda Strawberry, Mirinda Root Berry, 7-UP Emerald, 7-UP Revive, A&W Root Bear, Tekita, dan Canada Dry.
Seiring berjalannya waktu, Indofood CBP Sukses Makmur mengakuisisi PT Pepsi-Cola Indobeverages (PCIB) pada 2013 lalu. Akuisisi itu dilakukan oleh anak usahanya bernama PT Indofood Asahi Sukses Baverage (IASB) dan PT Asahi Indofood Baverage Makmur (AIBM).
Setelah akuisisi, Pepsi-Cola Indobeverages resmi menjadi unit usaha di Grup Indofood yang berada di sektor minuman ringan. Kontrak kerja sama Pepsi dengan Grup Indofood dievaluasi setiap tahun, di mana kontraknya habis setiap 10 Oktober.
Tahun ini, Grup Indofood sepakat untuk mengakhiri kontrak kerja samanya. Artinya, perusahaan tak akan lagi memproduksi minuman Pepsi ke depannya.
Head of Sales and Marketing PepsiCo Indonesia Andina Mutya mengatakan Asahi Indofood Baverage Makmur tak akan lagi memproduksi, menjual, dan mendistribusikan minuman untuk PepsiCo per 10 Oktober 2019."AIBM dan PepsiCo Inc (PepsiCo) telah sepakat untuk mengakhiri kontrak pembotolan antara kedua perusahaan," ucapnya kepada CNNIndonesia.com belum lama ini.
Pihak PepsiCo Indonesia sendiri tak menjelaskan secara gamblang alasan dibalik berhentinya kontrak kerja sama dengan Grup Indofood. Yang pasti, ini merupakan keputusan komersial di antara keduanya.
Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengakui penjualan minuman berkarbonasi atau bersoda turun di Indonesia setiap tahun. Dengan kata lain, pengusaha di sektor itu harus terus gigit jari karena pertumbuhan penjualannya negatif.
[Gambas:Video CNN]
"Mungkin bisa jadi keputusan komersial tidak diperpanjang disebabkan minuman bersoda secara umumnya pertumbuhannya negatif," kata Adhi.
Menurutnya, penjualan minuman berkarbonasi turun 1 sampai 2 persen per tahunnya. Ia belum melakukan kajian secara pasti penyebab penurunan penjualan minuman berkarbonasi di Indonesia.
Namun, ia berspekulasi penurunan permintaan minuman berkarbonasi karena semakin banyak pilihan minuman yang ditawarkan untuk masyarakat sekarang. Makanya, pemerintah dan pelaku usaha perlu mengkaji lebih detail minuman apa yang dicari oleh generasi milenial saat ini.
"Bisa jadi konsumen beralih, varian minuman banyak. Ada rasa buah, cokelat, kopi, dan lain-lain," ucap Adhi.
Kendati penjualan minuman berkarbonasi berada dalam tren penurunan, tapi kinerja industri minuman secara umum diklaim Adhi masih meningkat. Begitu juga bila diakumulasi antara penjualan makanan dan minuman (mamin) hingga September 2019.
"Kalau nasional masih meningkat, mungkin 8 persen kuartal III 2019. Kurang lebih sama seperti tahun lalu," jelas Adhi.
Sepanjang tahun ini, Adhi menargetkan industri mamin bisa meningkat 9 persen. Target itu terbilang moderat dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang sebesar 7,9 persen.
(agt)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2OtSvlG
via IFTTT
No comments:
Post a Comment