Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,07 persen, baht Thailand melemah 0,06 persen, won Korea melemah 0,02 persen, ringgit Malaysia melemah 0,04 persen, serta peso Filipina melemah 0,06 persen
Di kawasan Asia, hanya dolar Hong Kong yang berada di posisi stagnan terhadap dolar AS. Sementara mata uang negara maju seperti poundsterling Inggris melemah 0,05 persen terhadap dolar AS, euro melemah 0,01 persen dan dolar Australia melemah 0,05 persen terhadap dolar AS.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali rebound pada Senin (7/10) malam. Dengan demikian, hal tersebut menjadi penyebab penguatan dolar AS dan bisa mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada hari ini.
Ariston juga mengatakan rupiah melemah karena pelaku pasar mengantisipasi pertemuan antara AS dan China terkait perang dagang.
"Pasar masih tanda tanya soal hasil negosiasi dagang AS dengan China, karena dua pihak menginginkan hal yang berbeda,"Kata Ariston saat melalui pesan singkat, Selasa (8/10).
Dia melanjutkan, AS ingin kesepakatan yang komprehensif meliputi perlindungan hak kekayaan intelektual perusahaan AS, sementara China hanya mau kesepakatan parsial yang berkaitan dengan pembelian produk pertanian AS dan pengurangan tarif impor barang China.
[Gambas:Video CNN]
Kendati demikian, lanjut Ariston, pelemahan rupiah terbatas hingga hasil negosiasi disepakati.
Ariston menyebut nilai rupiah terhadap dolar AS berpotensi bergerak di kisaran Rp14.100 sampai dengan Rp14.200
Rencananya, pertemuan Wakil Perdana Menteri China Liu He dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin di Washington sudah dijadwalkan pada Kamis (10/10) dan Jumat (11/10).
Namun, pelaku pasar mengantisipasi bahwa pertemuan itu tidak akan menghasilkan keputusan yang mumpuni seiring negosiasi yang diramal akan sangat alot.
from CNN Indonesia https://ift.tt/33lYVYD
via IFTTT
No comments:
Post a Comment