Pages

Sunday, September 1, 2019

Kejarlah Minyak, Sumur Baru Kubuat

Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari satu setengah bulan terakhir pesisir pantai di Kerawang dan Bekasi dikotori gumpalan-gumpalan minyak. Pantai kini tak bisa dikunjungi wisatawan dan tak aman jika didatangi tanpa masker dan sepatu boots.

Gumpalan minyak itu berasal dari kebocoran blok minyak dan gas (migas) lepas pantai Offshore North West Java (ONWJ) yang dikelola cucu usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi (PHE)-ONWJ. Lokasinya sekitar 7 mil (11,2 km) dari bibir pantai Cilamaya, pesisir utara Karawang, Jawa Barat. Tepatnya di sumur YYA 1.

Dalam paparan kepada media pada Juli lalu, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menjelaskan ada indikasi terjadi anomali tekanan pengeboran sumur YYA-1 sehingga gelembung gas muncul dan mengakibatkan kebocoran pada 12 Juli lalu.

Setelah kejadian itu, operator menghentikan kegiatan operasi. Dua hari setelahnya atau pada Minggu (14/7) pukul 22.40 WIB, pegawai mulai dievakuasi. Keesokannya Pertamina menyampaikan keadaan darurat kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian ESDM.

Menakar Cara Pertamina Mengatasi Kebocoran Sumur Minyak

Warga membawa karung berisi pasir yang tercemar tumpahan minyak mentah (Oil Spill) di pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu 21 Agustus 2019. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)


Hanya berselang empat hari sejak kebocoran terjadi, lapisan minyak mulai muncul di permukaan laut. Dari sana minyak terus menyebar ke sekitar anjungan dan terus melebar ke arah barat hingga pantai. Tiupan angin membuat minyak menyebar luas, mengotori delapan pantai di Karawang dan dua di Bekasi. Bahkan hingga ke Pulau Seribu di Jakarta.

Sembilan desa terdampak di wilayah Karawang meliputi Tanjung Pakis, Segar Jaya, Tambak Sari, Tambak Sumur, Sedari, Cemara Jaya, Sungai Buntu, Pusaka Jaya Utara dan Mekar Pohaci. Sementara dua pantai terdampak di wilayah Bekasi yakni Pantai Bahagia dan Pantai Bakti.


Pertamina sendiri telah berupaya menahan tumpahan minyak di sekitar anjungan YYA 1. Berdasarkan keterangan VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman pada awal Agustus, perusahaan menyatakan memasang oil boom atau alat yang digunakan untuk mengurung tumpahan minyak di air. Pemasangan pun dilakukan berlapis.

Dalam keterangan resmi terpisah, per Jumat (9/8), static oil boom dipasang sepanjang 4.200 meter di lapis pertama dan 400 meter di lapis kedua. Selain itu, untuk mengejar minyak yang lolos, dipasang pula movable oil boom sepanjang 700 meter.

Pemasangan oil boom ini juga dilakukan untuk mencegah tumpahan minyak ke muara sungai.

Untuk membersihkan laut, Pertamina menurunkan empat unit alat pengumpul minyak (oil skimmer) untuk mempercepat penyedotan minyak mentah. Sebanyak 44 kapal diturunkan untuk membantu upaya miminimalisasi dampak dari tumpahan minyak tersebut. Perseroan juga memantau penanganan tumpahan minyak di sekitar anjungan YY dan wilayah terdampak melalui patroli udara dan laut dalam radius 50-100 km.

Cara Pertamina Coba Atasi Kebocoran Sumur Minyak

Nelayan yang ikut bertugas mengumpulkan tumpahan minyak mentah yang tercecer di Laut Utara Karawang, Jawa Barat, Selasa, 21 Agustus 2019. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)


Menghentikan Kebocoran

Namun membersihkan tumpahan minyak adalah separuh persoalan. Separuh lainnya terkait upaya menghentikan keluarnya tumpahan minyak yang terjadi terus menerus dari sumur YYA-1.

Cara yang diambil Pertamina adalah melalui pengeboran miring sumur terarah (relief well) YYA-1 RW yang dimulai sejak Kamis (1/8). Sumur ini berfungsi untuk menutup sumur YYA-1. Metode ini dianggap sebagai solusi yang terbaik setelah upaya pengendalian kebocoran dari sumur YYA-1 gagal dilakukan.

"Sumur eksisting yang sedang bermasalah ini (YYA-1) akan dimatikan dengan cara membuat lubang baru dari jarak aman untuk sampai ke titik yang akan di-intercept (sumbat)," ujar Vice President Relations PHE Ifky Sukarya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (27/8).


Pertamina sendiri memakai jasa perusahaan pengendali sumur migas kelas dunia Boots & Coots untuk mengebor relief well. Perusahaan asal AS itu sebelumnya berpengalaman dalam menghentikan insiden serupa dengan skala yang jauh lebih besar di Teluk Meksiko.

Hingga Senin (26/8), menurut Ifky, pengeboran relief well telah menembus kedalaman 6.924 feet dari target sekitar 9.000 feet. Sementara proses pengeboran sendiri masih berada pada tahap pencarian titik sumber gas dan minyak yang akan disumbat.

"Panjang pipa eksisting 11 ribu feet, yang akan di-intercept itu di 9.000 feet. Kalau sumber ditutup, otomatis minyak dan gas yang keluar dari bocor tidak keluar," paparnya.

Setelah lubang ditemukan, perseroan akan memompakan lumpur berat melalui relief well untuk menutup sumur YYA-1.

Setelah nantinya sumur YYA-1 dinyatakan mati, perseroan akan melakukan pengawasan selama 24 jam penuh untuk melihat stabilitas sumur. Selanjutnya, sumur akan ditutup secara permanen dengan cara disemen (plug and abandon).

Nelayan yang ikut bertugas mengumpulkan tumpahan minyak mentah yang tercecer di Laut Utara Karawang, Jawa Barat, Selasa, 21 Agustus 2019.Nelayan yang ikut bertugas mengumpulkan tumpahan minyak mentah yang tercecer di Laut Utara Karawang, Jawa Barat, Selasa, 21 Agustus 2019. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Sementara itu, operasional pembersihan minyak mentah masih dilakukan dengan melibatkan nelayan mitra binaan Direktorat Polisi Air (Dipolair) Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) Polri di perairan Karawang. Di darat, Tim Pertamina yang bekerja sama dengan TNI dan Polri juga melibatkan warga sekitar untuk membersihkan pantai dari limbah minyak.

Nelayan yang kehilangan mata pencahariannya akibat tumpahan minyak sendiri diberikan kompensasi Rp100 ribu per hari per orang ditambah uang makan Rp20 ribu per hari per orang, jika ikut berkontribusi dalam upaya pembersihan area terdampak tumpahan minyak itu.

Selain itu, Pertamina juga menyatakan akan memberikan ganti rugi kepada warga terdampak dan terverifikasi.


Proses verifikasi sendiri melibatkan berbagai instansi mulai dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota, dan Tim Kompensasi Pemerintah Daerah.

Setelah proses verifikasi dinyatakan selesai, akan dilakukan proses penilaian perhitungan hingga akhirnya dilakukan pembayaran secara non-tunai.


Ifki menyatakan Pertamina masih fokus pada upaya penanganan kebocoran dan warga yang terdampak sehingga belum bisa menyebutkan total kerugian akibat insiden tumpahan minyak tersebut.

"Kami masih fokus pada upaya penanggulangan dan upaya mematikan sumur (YYA-1)," tuturnya.

Pertamina menargetkan upaya penanganan tumpahan minyak kelar dalam tempo 8-10 minggu sejak pengeboran relief well dilakukan, atau paling lambat pertengahan Oktober 2019.
[Gambas:Video CNN]

(sfr/vws)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2lJEbJz
via IFTTT

No comments:

Post a Comment